Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Tamasya Cinta

22 Oktober 2018   10:26 Diperbarui: 23 Oktober 2018   17:42 1508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: totodwiarso.com

Dengan bahasa yang tidak saling mengerti. Anti tidak bisa bahasa Arab. Orang Arab tidak bisa bahasa Indonesia apalagi sunda. Yang terjadi adalah bahasa isyarat yang digunakan. 

Malam itu malam yang paling panjang bagi Anti. Ia sebagai seorang ABG harus melayani laki-laki yang secara umur dan pengalaman seksual jauh lebih matang ketimbang dirinya. Ia merintih dalam hatinya.

Ya Allah malam ini aku untuk pertama kalinya melayani laki-laki yang menjadi suamiku. Kuatkanlah hamba-Mu ini.

Paginya Anti merasakan ngilu yang amat sangat diselangkangannya dan tubuhnya lunglai setelah semalam harus bertempur habis-habisan dan dilakukan beberapa ronde. Sebuah pertarungan tidak seimbang.

Hari-hari berikutnya, ia hanya melayani kebutuhan seks laki-laki yang telah menjadi suaminya itu. Tidak malam, tidak siang, tidak pagi. Kalau suaminya sudah mau, ia harus siap melayaninya. Badannya remuk. Hatinya hancur. Mulutnya merintih, menangis. Ia merasa menjadi objek seks dan merasa tidak lebih baik dari seorang PSK.

Pernah suatu malam ia merasa sangat lelah tapi suaminya itu meminta dilayaninya. Ketika ia menolak dengan alasan sangat capek dan tubuhnya sakit semua, suaminya itu marah-marah dengan mengatakan bahwa ia sudah membayar mahal untuk mendapatkannya.

Ia teringat kata-kata Ayahnya "Anti kamu akan menikah dengan orang Arab. Kita mendapat uang 50 juta. 25 juta untuk para agen dan orang-orang yang membantu mengurus pernikahan ini. Sedangkan 15 juta ayah pegang untuk menambah modal usaha. Anti pegang 10 juta untuk jajan dan beli baju, kosmetik dan lainnya," kata-kata Ayahnya itu terngiang jelas ditelinganya. Ia merasa dijual.

Satu-satunya hiburan baginya adalah ia diajak suaminya jalan-jalan ke mal dan dibelikan pakaian-pakaian yang bagus. Sebagai muslimah, Anti berpakaian tertutup. Bebaju gamis dan jilbabnya lebar menutupi dadanya yang mulai tumbuh.

Kalau ia teringat betapa sakit dan melelahkannya melayani suaminya, ia ingin lari dari kenyataan ini. Tapi ia tidak berani macam-macam. Ia sadar terikat perjanjian.

Hari-hari terus berlari seperti dikejar waktu. Anti merasa sudah waktunya haid tapi sudah seminggu ini belum keluar. Ia merasa hamil. Ia membeli test pack dan memeriksanya. Ternyata betul dugaannya, ia hamil. Ia merasa girang sekaligus meradang. Ia senang akan mendapatkan anak dari orang arab yang dikenal hidungnya mancung-mancung. Tapi disisi lain, ia merasa khawatir karena suaminya itu tidak menghendaki ia hamil.

Ketika ia sampaikan kepada suaminya bahwa ia telah hamil, suaminya marah besar. Ia mengatakan tidak bertanggung jawab dengan anak yang dikandungnya itu. Hal itu suaminya sudah menyampaikan hal itu kepada Anti sebelumnya. Tapi mungkin karena kendala bahasa pesan itu tidak dipahami dengan baik oleh Anti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun