Mang Asep menggeser badannya mendekat ke Ayah Anti dan membisikan sesuatu ditelinganya.
Ayah Anti mangguk-mangguk.
"Apa itu tidak terlalu besar Mang?" Kata Ayah Anti.
"Itu sudah standarnya segitu Pak, Masa gak tahu?" Mang Asep menyekak.
"Baik kalau begitu saya sepakat," Kata Ayah Anti tanpa protes lagi.
"Silakan diminum dulu kopinya Mang," kata Ayah Anti dengan muka yang berseri-seri yang sulit ia sembunyikan.
Sementara Ibunya hanya mendengarkan tanpa tahu apa rahasia dibalik bisik-bisik mang Asep dengan suaminya. Tahunya suaminya telah sepakat dengan Mang Asep untuk perkawinan gadis si mata wayangnya itu dengan lelaki Arab.
***
Besoknya pernikahan dilangsungkan. Mang Asep membawa penghulu dan saksi-saksi dan seorang Arab bersama dengan seorang temannya. Pernikahan berjalan lancar. Orang-orang di puncak menyebutnya dengan pernikahan misyar atau nikah tamasya.
Jayanti atau biasa dipanggil Anti itu telah resmi menjadi istri dari lelaki Arab itu. Sebagaimana namanya yang berarti bunga ia akan segera dipetik. Meski mekarnya belum sempurna ia akan dipaksa dipetik dan setelahnya ia perlahan layu.
Malam itu, Anti bersama suaminya tidur di vila. Seorang anak MTs kelas dua bersama dengan orang yang baru dikenalnya. Meskipun badanya terlihat bongsor dan dewasa tapi dari sisi kematangan jiwanya ia masih sangat muda.Â