Yang kedua, mempelai ingin menghaturkan rasa terima kasih atas segala pengorbanan yang diberikan Ayah Ibunya. Sejak mereka kecil sampai dewasa seperti sekarang ini.
Yang terakhir, mempelai memohon iringan do'a yang tulus dari Ibu dan Ayahnya agar hidupnya di dunia ini senantiasa mendapat bimbingan dan inayah dari Allah Subhanahu Wataala. Amin..amain ya rabbal alamain.
Ayah..Ibu.. yang ananda cintai...pagi hari ini ananda datang bersimpuh di hadapan Ayah dan Ibu untuk mohon ma'af atas segala kesalahan. Mohon ampun atas segala dosa yang telah ananda perbuat. Baik yang disengaja maupun tidak. Apalah artinya anada hidup di dunia ini tanpa ridho dan ampunan dari orang tua. "Ridhollah fi ridhol walidain wa sukhtullah fi shukhtil walidain." Keridhoan allah tergantung keridhoan orang tua dan kemurkaan Allah pun tergantung pada kemurkaan orang tua. Â Andaikan Ibu Ayah berkenan mema'afkan kami, insyaallah Allah pun ridho. Dan barangkali surga jannatunnaim balasannya bagi ananda kelak di yaumul hisab. Â Sebaliknya apabila Ayah Ibu tidak sudi mema'afkan kesalahan dosa ananda berdua pasti Allah pun akan murka, nauzubillah barangkali neraka jahanan sebagai balasannya bagi kami berdua.
Karena itu sekali lagi, Ayah Ibu ma'afkan dosa ananda berdua. Ananda mengucapkan banyak terima kasih atas pengorbanan Ayah dan Ibu yang telah mengasuh dari kecil sampai dewasa seperti sekarang ini. Ananda tak dapat membayangkan bagaimana pengorbanan orang tua dalam mengasuh. Begitu beratnya pengorbanan orang tua, berkali-kali Allah mengingatkan, salah satunya Allah mewasiatkan " wa washshoinal insana bi walidaihi  hamalat-hu ummuhu wahnan 'ala wahnin wa fisholuhu fi 'amaini anisykurli wa li walidaika ilayyal mashir".
Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua, terutama kepada ibumu yang telah melahirkan dan menyusuimu sampai dua tahun lamanya. ....maka berterima kasihlah kepada kedua orang tuamu. Dan Ibu, ananda tidak bisa membayangkan bagaimana Ibu mempertaruhkan nyawa tatkala melahirkan ananda ke dunia yang fana ini. Air mata disertai keringat bercucuran. Â
Aku bersimpuh di hadapan Bapak dan Ibu mertuaku dengan berurai airmata. Mereka membelai dan memelukku. Begitu pun istriku. Ia bersimpuh mencium dan kakak kandungku dan kakak iparku sebagai pengganti orang tuaku. Air mataku mengalir deras melintasi gunung hidung, hutan kumisku dan danau mulutku.
Acara sungkeman itu menguras air mataku dan juga orang-orang yang mengikuti acara akad nikah kami dengan khidmat.
Limpahan do'a dan  wejangan dari orang tua, saudara dan sahabat-sahabat telah memberi bekal yang tak terhingga kepada kami untuk mengarungi bahtera pernikahan yang akan segera kami arungi.
Kini 18 tahun sudah do'a-do'a itu bersama kami. Ikut bersama kapal mengarungi samudera. Badai, karang dan perompak sudah dilalui dan ditaklukannya. Kami hanya berdo'a, semoga kapal itu sampai ke pulau impian. Â Â
Jakarta, 26 September 2018 Â Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H