"Kiai dan para jama'ah yang saya hormati. Atas dasar itulah, saya beranikan diri ikut shalat shubuh berjama'ah.  Awalnya saya ragu akan melakukan ini. Saya takut apa yang saya lakukan ini mengganggu para jama'ah  dan membuat kehebohan di masjid ini. Tapi semua itu saya tepis. Saya ingin hidup saya ini berguna, masjid saya ini ramai dengan orang yang shalat.Â
Saya ingin melakukan sesuatu yang berguna. Jika nanti suatu saat saya meninggal dunia, Â berpulang menghadap illahi rabbi, paling tidak, saya sudah punya bekal jawaban yang akan saya sampaikan. Meskipun saya tidak tahu apa yang saya lakukan ini sudah benar menurut Allah." Kata sang bedug sambil terisak tak sanggup menahan diri. Â
"Selanjutnya, saya ingin menyampaikan permohon ma'af atas tidakan saya ini yang telah membuat para jama'ah kaget dan shock." Kata bedug sambil menyeka air matanya. Â
"Jika diperkenankan, izinkan saya memohon kepada Pak Kiai dan para jama'ah semua untuk diperbolehan memanggil orang-orang untuk shalat. Jika diperkenankan sehari cukup dua waktu saja yaitu isya dan shubuh. Karena pada dua waktu itu biasanya umat Islam berat sekali untuk menjalankan Shalat berjama'ah. Jika itu terlalu memberatkan, izinkan saya di waktu shubuh saja. Jika itu juga memberatkan, berilah kesempatan saya sekali seminggu untuk memanggil orang-orang Islam menjalankan shalat jum'at. Jika itu juga memberatkan, izinkan saya ikut shalat berjama'ah di masjid ini. Â Jika ini juga memberatkan, izinkan saya dimakamkan di depan Masjid ini jika saya meninggal nanti."
Air matanya semakin deras mengalir. Â Â Â Â Â
"Terakhir, saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Kiai dan para jama'ah yang telah berkenan memberikan waktu kepada saya untuk menjelaskan semua ini sehingga tidak terjadi main hakim sendiri dan anarkis ." Kata sang Bedug.
Kiai dan jama'ah masjid manggut-manggut menyimak penjelasan sang Bedug yang panjang lebar itu. Â Mereka akhirnya paham mengapa Beduk itu ikut shalat berjama'ah subuh tadi.
"Baik para Jama'ah semua. Saya kira persoalannya sudah jelas. Jika masih ada yang perlu ditanyakan silakan. Tapi kalau tidak ada, saya tutup sampai disini pertemuan kita pagi ini."
Pertemuan pun akhirnya selesai. Para jama'ah pun bubar. Pulang ke rumahnya masing-masing. Sementara sang Beduk dikembalikan ke tempatnya semula dengan hati-hati. Kiai Sodri sendiri turut mengangkatnya.
Kiai Sodri dan para jama'ah sepakat untuk menggunakan bedug lagi setiap hari jum'at meskipun sudah ada speaker.
Cerita adanya bedug yang ikut berjama'ah subuh tersebar cepat. Menjadi viral di media sosial, di Facebook, group WA, Instagram dan media sosial lainnya. Â Hal ini mengundang rasa penasaran banyak orang dari berbagai tempat. Â