Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Ketika Bedug Ikut Berjama'ah Subuh

8 Oktober 2018   12:31 Diperbarui: 8 Oktober 2018   13:09 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita sudah mendengar pendapat-pendapat dari berbagai pihak. Sementara kita belum mendengar sepatah kata pun cerita dari bedug sendiri, mengapa ia berada di shaf jama'ah shalat subuh tadi pagi."

Kata Kiai Sodri sambil berdiri dan mendekat ke Bedug dan tanganya mengusap punggungnya.  

"Ma'af Pak Kiai, tanpa mengurangi rasa hormat dan takdim saya kepada Kiai, izinkan saya bertanya, bagaimana mungkin kita bisa mendengar bedug bicara." Kata Pak haji Umar berhati-hati.  

Suasana senyap. Para jama'ah seperti menahan napas mendengarkan kata-kata haji Umar.

"Iya Kiai, ma'af, meskipun saya pernah mengalami kejadian dipindahkan tidurnya oleh jin tapi kalau bedug bisa bicara otak saya belum nyampe Kiai." Kata ustadz Ahmad. Kali ini sependapat dengan haji Umar.

Kiai Sodri mangguk-mangguk lalu berkata, "baik kalau begitu Bapak-Bapak. Kita langsung saja mendengarkan pengakuan dari bedug, apa sesungguhnya yang terjadi. Silakan tuan bedug!" Kata Kiai Sodri sopan.

Setelah mengucapkan salam dan  terima kasih kepada Pak Kiai Sodri dan Bapak-Bapak yang ada di masjid itu, bedug itu mulai berbicara.

"Pak Kiai dan Bapak-Bapak semua, izinkan saya bercerita agak panjang."

"Iya, silakan. Gak apa-apa." Kata Kiai Sodri sambil membetulkan posisi sorbannya yang hampir jatuh.

"Dulu saya termasuk yang sangat beruntung. Hidup saya dan saudara-saudara saya sangat  bermanfa'at dan berguna. Saya tinggal di masjid atau mushola, setiap hari, setiap lima waktu, saya digunakan untuk memanggil umat muslim untuk beribadah, shalat menyembah Allah.  Dengan tugas ini, saya merasa bangga dan merasa bermanfa'at hidup saya. Dengan suaraku, banyak umat muslim yang tergerak hatinya melangkahkan kakinya menuju masjid untuk melakukan shalat lima waktu. Melihat orang-orang berbondong-bonbong datang ke masjid, hati saya terenyuh dan bahagia."

Air mata sang beduk terlihat mulai meleleh. Suaranya serak seperti suara azan dari muazin yang baru bangun tidur. Jama'ah yang mendengarkan pun turut terharu, berlinang air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun