Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Di Rumah Tua Itu Ada Perempuan Menangis

11 September 2018   10:29 Diperbarui: 1 Oktober 2018   10:55 3331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tinggal ampasnya doang."  Ia menyeringai.

"Kalau masing-masing keluarga inti diberi 50jt, itu hanya butuh menjual beberapa petak sawah juga cukup" ia melanjutkan.  

Jarum jam di pos ronda menunjukkan pukul 11.30.

"up...lain kali kita lanjutkan lagi ceritanya. Waktunya kita keliling." Kata Pak San seperti baru tersadar.

"waduuh... tanggung nih ceritanya belum selesai" sesal Ko Chi.

"Iya nih belum klimaks" sembur Kang Asep.

"Sudah, kita keliling dulu. Nanti kita sambung lagi" Kata Pak Amri mencoba bijak.

Akhirnya Mereka berangkat bertiga-bertiga. Seperti yang sudah disepakati diawal. Saya, Pak Sandro dan Ko Chi berangkat duluan ke arah yang sudah disepakati. Kebetulan arah kami ke rumah tua itu.

Sambil menghisap rokok kretek kami berjalan beriringan. Masing-masing asyik dengan rokoknya.

"Malam ini dingin sekali ya, tidak seperti biasanya" kata Ko Chi membuka pembicaraan.

"Iya-iya bener" saya menimpali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun