juragan jamu, yang meraup keuntungan jutaan rupiah.Â
Siapa tahu nasib seseorang, Â dari bukan siapa-siapa, kini menjadiTidak ada yang menyangka, seorang mantan tukang listrik proyek bangunan di Jakarta, bisa menjadi pengusaha minuman herbal, di daerah asal, Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.Â
Begitulah Sukarlis, nasibnya telah berubah, setelah melalui perjalanan panjang yag melelahkan, dan membosankan, meraih sukses, setelah memberanikan diri berwirausaha.
Berikut 14 perjalanan hidupnya, yang dimulai dari nol, seperti dituturkan Sukarlis, saat bertemu penulis ataupun melalui pesan tertulis, beberapa waktu lalu.Â
1. Sayang dan Bakti pada Orang Tua
Kondisi orang tuanya sudah tua dan sering sakit,sehingga Sukarlis memantapkan hati memutuskan pulang kampung ke daerahnya di Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
2. Butuh Pekerjaan
Keputusannya bulat, tidak ingin kembali merantau di Jakarta, dan memutuskan menetap di kampung, membantu istri membuat jamu, yang saat itu telah mengantongi sertifikat.
3. Modal Minim
Berbekal sertifikat pengolahan jamu herbal  yang dimiliki istri serta modal uang, sekitar Rp500 ribu, ia mengembangkan usaha jamu, membuat 50 botol sirup jahe rempah berisi 330 ml.
4. Produk Perdana Laris
Semangat membara mulai muncul, ketika produk perdananya laris tanpa sisa, yaitu 80 botol pada acara lebaran keluarga besar, karena sirupnya diakui para pembeli, enak dan mantap.
5. Banyak Pilihan Rasa
Pada tahun kedua usahanya, yakni tahun 2014, produk jamunya mulai menambah varian baru, yaitu beras kencur dan kunir asam, hingga kini bertambah menjadi 13 varian rasa.
6. Kerjasama Reseller
Kerjasama dengan reseller mulai dijalin sebagai salah satu cara suami Sri Hartini mengembangkan usaha, hingga saat ini  resellernya menjamur dari Solo Raya, Jakarta, Bekasi, Bandung dan kota lain.
7. Pernah Diusir dan Ditolak
Tidak hanya ditolak, ayah tiga anak ini juga pernah diusir calon pembeli, terutama saat awal-awal memperkenalkan produk secara langsung ke pembeli.
8. Tambah Kapasitas
Sebelum pandemi, jumlah pembeli jamu produk Rahma Jaya atau Raja sudah banyak, satu bulan berkisar 1.500 sampai 2.000 botol, namun efek pandemi justru kapasitas produksi mencapai 10.000 setiap bulan.
9. Rajin Pameran
Meski belum berskala nasional, namun ia rajin mengikuti pameran, bergandengan tangan dengan UMKM lain, di Kabupaten Karanganyar dan Solo Raya lainnya.Â
10. Tambah Jaringan Usaha
Tidak pernah cepat puas dengan hasil yang sudah didapat, penyuka semua warna ini rajin menambah jaringan, mengikuti berbagai pelatihan, yang berhubungan dengan pengembangan usaha, serta mengikuti organisasi pengusaha.Â
11. Gandeng Beberapa Toko
Produk jamu serbuk ataupun sirup produknya kini dengan mudah didapatkan di beberapa toko obat serta toko oleh-oleh di wilayah Karanganyar dan Solo Raya.
12. Omzet Wow
Memang, 90% masih didominasi dari penjualan secara offline, namun hasil usaha jamunya tidak bisa disepelekan, karena setiap bulan omzet minimal mencapai Rp30 juta.
13. Tak Takut Kompetitor
Setiap produk, pasti ada kompetitor, begitu juga Karlis mengakui, namun pria berkumis ini selalu yakin, jika produknya memiliki kelebihan dibanding produk lain.
14. Target Ekspor
Usaha berlokasi di Karangrejo Rt 02 Rw 01 Karangbangun Matesih ini, bukan lagi usaha yang bisa disepelekan, karena sedang mempersiapkan ekspor untuk dijalankan di tahun 2025. (AS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H