"Putraku... Engkau datang pada malam seperti ini, tanpa ucapan, tanpa salam. Apakah manisnya anggur telah menghancurkan suaramu, hingga tak ada lagi kata-kata yang bisa kau ucapkan pada ayahmu? Apakah hening ini yang kau persembahkan setelah segala pengorbanan?"
(Bayangan Putra tetap diam, hanya menunduk, tidak ada gerak ataupun kata. Keheningan menggantung di udara, seperti kabut yang perlahan mencekik harapan. Sultan Ageng bangkit d
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!