Mohon tunggu...
Abdurohman Sani
Abdurohman Sani Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa dengan Hukum

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukan Kemilau Kaca

10 Mei 2024   18:02 Diperbarui: 10 Mei 2024   18:13 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

BUKAN KEMILAU KACA

Di antara kata-kata yang terucap, terbentang samudra sejauh pandangan mata,

Ada gelombang yang tak pernah mereda,

Baca juga: Menembus Definisi

Menghantam batu karang, meliuk menari-nari,

Membentuk hamparan pasir ditepi laut yang luas.

Laut yang tak dikenal, tak sadar,

Baca juga: Musyawarah Ombak

Tak sekadar permukaan,

Takbirkan Misteri kedalaman,

Gelap yang tak difahami,

Di sana, rahasia bernyanyi dalam gemerlapnya.

Permata yang mengkilap, tak terlahir dari cahaya,

Melainkan pada ketahanannya,

Terbentuk di bawah tekanan yang tak terkira diantara batu kuarsa,

Menjadi nyawa kekuatan dan keunikannya.

Matahari yang setia, terangi langit dan bumi,

Dalam setiap detiknya, Dihakimi penilaian berbeda-beda,

Namun, ia memberi bingkisan pelangi yang memukau mata,

Di alam semesta yang luas.

Kesempurnaan bukanlah milik kita,

Di dalam ketidaksempurnaan, terdapat keistimewaan,

Dalam kedalaman dan ketahanan,

Kita temukan keindahan yang hakiki.

Jadilah seperti gelombang yang tak kenal lelah,

Menemukan keindahan dalam perjalanan fana ini,

Dan seperti matahari yang setia,

Terangi dunia dengan keunikanmu yang sesungguhnya.

Latar inspirasi;

'Dia' selalu berkata "Maafkan aku yang tidak sempurna!!!"

Katakanlah yang lain ucapku;

Karena bagiku itu terdengar seperti alasan atau keputus asaan daripada sekedar permintaan maaf:

Filosofi:

"Siapa yang peduli dengan kesempurnaan!

Keindahan tidak sama dengan kesempurnaan, segala sesuatu yang indah itu tidaklah sempurna melainkan istimewa."

Sesuatu disebut istimewa, spesial atau eksklusif justru karena ia tidak sempurna (suatu identitas harus selalu berimplikasi dirinya sendiri ini logis), artinya kesempurnaan itu bukan hanya tidak logis tapi juga tidak realistis bagi entititas yang eksistensinya memerlukan entitas lain!

Air bukanlah api, api bukanlah tanah, tanah bukanlah angin ; semua identitas menjadi dirinya sendiri, semua tidaklah sempurna tapi istimewa, ini menyiratkan keistimewaan hanya punya satu prinsip yang pundamental yaitu 'tetap dijalan yang benar', benar, artinya 'konsisten'.

"Kesemuanya itu sebenarnya terhubung langsung dengan kajian yang mendalam tentang arti syukur yang pasti berakhir pada satu muara keindahan (syurga) yang di tebus dengan satu kalimat Alhamdulillah."

Fikirkanlah itu.

Jadi kau tidak perlu sempurna untuk menjadi istimewa; lakukan perbuatan yang benar tanpa bermaksud membuat orang lain terkesan maka kau akan indah dengan sendirinya."

Yang membuat pantai begitu indah bukanlah fanorama yang melenakan mata tapi gelombang yang memecah batu karang yang membuat hamparan pasir ditepi laut yang luas.

Yang membuat laut istimewa bukanlah apa yang nampak sempurna dipermukaan tapi kedalaman yang misterius dan gelap.

Yang membuat permata begitu berharga bukanlah keindahan kilau dan keunikannya tapi ketahanannya untuk terbentuk dibawah tekanan yang luar biasa.

Mula-mula matahari terasa menyegarkan diiringi kemilau embun pagi yang bahkan membuat dedaunan berseri seri, namun tidak selang begitu lama ia tidak nampak indah ditengah hari, tidak ada yang peduli bahkan untuk sekedar menatapnya, tapi setelah itu langit senjanya menjadi perhiasan seni yang tidak tertandingi.

Matahari yang kita lihat tetap matahari yang dulu dulu, Matahari yang kita lihat adalah matahari yang sama, namun Setiap persepsi menangkap penilaian yang berbeda diwaktu yang berbeda bahkan untuk objek pengamatan yang sama, kendati demikian ia tetap menjadi peristiwa yang paling menakjubkan dialam semesta.

Dalam perjalanan hidup, kita seringkali tergoda untuk mengejar kesempurnaan dengan berbagai ungkapan yang lahir dari setiap keinginan, namun yang sebenarnya membuat kita istimewa bukanlah kesempurnaan itu sendiri.

Keistimewaan datang dari kedalaman, ketahanan, dan keunikan yang ada dalam diri kita. Seperti gelombang yang memecah batu karang, keindahan tidak terletak pada penampilan luar, tetapi pada esensi yang mendalam.

Begitu pula dengan matahari yang tetap sama setiap harinya, namun selalu dihadang penilaian yang berbeda bagi setiap orang yang memandangnya, kendati ia tetap melakukan tugasnya.

"Setiap yang nampak seperti kecacatan adalah bagian dari cerita hidup yang unik. Maafkanlah dirimu karena kesempurnaan bukanlah milik kita, tapi miliknya yang tidak membutuhkan sesuatu apapun; Yang terpenting adalah bagaimana kita tumbuh dan belajar dari setiap pengalaman, mengubah kelemahan menjadi kekuatan, dan menjadikan diri kita selalu dalam kebenaran, itulah arti istimewa dengan keunikan yang dimiliki."

Dalam kesederhanaan dan ketidaksempurnaan, cobalah menggali keindahan yang sesungguhnya.

Interpretasi:

Puisi ini menggambarkan keindahan dan kekuatan yang tersembunyi dalam hal-hal yang tampaknya tidak sempurna atau tidak menonjol secara langsung. Gelombang yang terus menerus menghantam batu karang, meskipun tidak pernah sempurna dalam bentuknya, membentuk pantai yang luas dan indah. 

Laut yang dalam dan misterius menyoroti keunikan dan kekuatannya yang tersembunyi di dalam kedalaman yang gelap. Permata, meskipun berkilau, sebenarnya memiliki nilai yang lebih dalam, karena terbentuk di bawah tekanan yang besar, mengilhami kekuatan dan ketahanan yang luar biasa.

Matahari, sumber cahaya yang tak terbantahkan, mewakili keajaiban alam yang tetap konsisten dan setia meskipun berada di bawah penilaian yang berbeda dari waktu ke waktu. Puisi ini menegaskan bahwa kesempurnaan bukanlah milik kita, melainkan keistimewaan dapat ditemukan dalam ketidaksempurnaan, dalam kedalaman dan ketahanan yang melekat pada setiap entitas.

Pesan terakhir dari puisi ini mengajak pembaca untuk menjadi seperti gelombang yang tak kenal lelah, menemukan keindahan dalam perjalanan, dan seperti matahari yang setia, menerangi dunia dengan keunikan yang sesungguhnya. Ini menegaskan pentingnya menerima ketidaksempurnaan dan menemukan keindahan dalam prosesnya.

By

Abdurahman As Sani

Edisi

Bilba

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun