“Kau tau, oyster mengandung banyak sekali zat besi, dan lebih berkhasiat kalau dimakan mentah”, kata Kanya.
“Ya, aku pernah dengar itu, kabarnya dijadikan aprodisiak juga,” sahutku sambil mengambil udang goreng.
“Banyak orang mempercayainya karena mereka tau oyster mengandung zat besi yang mengontrol hormon progesterone yang punya dampak positif terhadap libido orang yang mengkonsumsinya. Tapi, tak ada penelitian yang berhasilkan membuktikan hal tersebut. Oyster ternyata mengandung banyak mineral saja, bukan zat besi,” timpal Will.
“Jadi tentang aprodisiak itu tidak benar?” tanya Kanya.
“Beberapa orang mempercayainya, karena secara psikologis, dorongan seksual itu muncul dari alam pikiran manusia ketimbang dari tubuh. Sementara orang sudah membayangkan bentuk oyster yang mirip dengan bentuk organ intim wanita. Jadi kalaulah ada orang yang merasa “hot” setelah makan oyster itu lebih kepada pengaruh psikologis, bukan karena meningkatnya hormon progesterone," jawab Will.
"Hahaha ...," aku dan Kanya tertawa berbarengan.
“Sebenarnya, ada beberapa mitos tentang oyster ini. Aku pernah baca bahwa oyster mentah sudah terkontaminasi Vibrio vulnificus yang sangat berbahaya, terutama bagi para pengidap diabetes, liver atau orang-orang yang kekebalan tubuhnya lemah," tambah Will sambil mengambil oyster "jatahnya".
“Hm … tidak bisakah kita mengkonsumsi oyster yang tidak terkontaminasi?” tanyaku.
“Tak ada pengaruhnya. Ada yang mengatakan supaya aman, makanlah oyster pada bulan-bulan tanpa huruf “R”, seperti Juni. Tapi ini adalah pandangan yang sama kelirunya,” papar Will.
[caption id="attachment_160889" align="aligncenter" width="480" caption="Plum sauce and sweet chilli sauce ©Mamak Ketol™"][/caption]
“Saus apa ini?” tanya Will sambil mengambil lumpia.