Mohon tunggu...
Maryati
Maryati Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari 4 orang anak

Optimis, setia dan menebar kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Uwa Yuna Kerasukan Arwah Ceu Yuna

5 Juli 2022   22:12 Diperbarui: 5 Juli 2022   22:18 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Uwa Yuna Kerasukan Arwah Ceu Yuna

Sebut saja namanya Yuna,  sebagai nama samaran.
Di kampungku tiba-tiba heboh, setelah meninggalnya Ceu Yuna. Heboh karena hampir setiap malam gentayangan. Sering menangis di tengah malam. Kadang membunyikan sesuatu untuk di pukul-pukul.

Aku awalnya tidak tahu menahu soal yang terjadi di kampungku. Karena,  aku sedang berada si rantau. Bekerja selama tiga tahun di kota Batam. Saat itu,  aku baru kembalikepangkuan ibuku.

Malam-malam ibuku membuat kue. Beliau minta ditemani olehku.
Ibu mempunyai dua oven, yang satu di ruang makan sedang di pakai dan yang satunya berada di dapur. Nah,  yang di dapur ini berisik bangat suaranya seakan ada
yang memukulinya. Waktu itu, jam sudah menunjukkan pukul 12 malam lewat.
Aku bertanya pada ibuku.

"Mak itu di dapur ada suara berisik, suara apaan itu? "

"Bukan apa-apa, itu mah suara tikus naik ke atas oven yang ada di dapur."

"masa sih, Mak suara tikus kok kaya gitu? "

"Sudah diam saja jangan pedulikan soal itu, anggap saja angin lalu! " jawab mak.

"Tapi Mak, kenapa bulu kudukku merinding? "balasku.

"Ya sudah diam saja ya! "

" Ya, Mak. "

***

Keesokan harinya, ibuku menceritakan semuanya tentang kematian Ceu Yuna. Ceu Yuna meninggalnya seperti tidak wajar. Hampir tiap malam gentayangan. Sering orang mendengar suara tangisan saat melewati kuburannya.

Innalillahi wainnailaihi raaji'un. Aku terkejut mendengar semua itu.

"Jadi yang bising pukul-pukul oven tadi malam itu dia ya Mak? "

"Iya, dia. "Padahal sudah hampir 100 hari meninggalnya, tapi masih juga gentayangan.

***

Musim panen tiba, orang-orang banyak yang menjemur padinya biar cepat kering. Kalau sudah kering nanti bisa si simpan atau bisa juga digiling dijadikan beras.

Termasuk dengan si Uwa Yuna, dia menjemurnya di halaman tetangga. Karena, lahan dia enggak punya lahan pekarangan.
Menjemur hingga kering, lalu padi di tampi. Di tampinya di bawah pohon randu/kapas.
Tiba-tiba dia kesurupan. Hantu yang merasukinya itu bernama Ceu Yuna. Sama namanya dengan yang dirasuki.

Warga akhirnya menggotong si Uwa Yuna ke rumahnya. Karena kalau tadi dibiarkan di sana. Badan dia nanti setelah sadar akan terasa gatal-gatal,  sebab dia golek-golek di atas jemuran padi-padi.

Si Uwa ngomong ngaco-ngaco. Dia bilang yang ada di tubuhnya adalah Ceu Yuna. Dia marah sama si Uwa Yuna. Karena merasa diganggu kesenangannya, saat arwah Ceu Yuna sedang berjemur di bawah pohon randu. Malah Si Uwa Yuna menyiramnya dengan tampian padi-padi itu.

Ceu Yuna juga mengatakan bahwa dirinya meninggal bukan karena sakit, namun dijadikan tumbal oleh suaminya.
"Suami kamu dan suamiku, adalah satu perguruan Yuna. Mereka menganut ajaran sesat. Gurunya penipu. Padahal kami tidak kaya juga pun, tapi tetap saja aku dijadikan tumbalnya oleh suamiku." Ceu Yuna bercerita panjang lebar.

Tetangga yang lainnya hanya mangut-mangut saja. Sebab, suami Ceu Yuna dan suaminya Uwa Yuna, tidak ada di tempat.

"Kalian semua yang ada di sini, jangan tersesat seperti suamiku. Apalagi sampai berguru sama si hada (nama samaran) dia itu dukun cabul, tukang tipu dan memeluk ajaran sesat."

"Aku menderita, dijadikan budak oleh makhluk jelek. Aku setiap hari harus menjaga itik-itik di sawah. Aku kedinginan dan aku tidak diterima oleh bumi."

Sejenak berhenti mengocehnya. Si Uwa pun kembali sadar dari kesurupannya setelah diberi minum oleh Uwa Dadah dari air cucian tampah untuk menampi beras.

#ceritamasalalu
Batam  05-07-2022

By Maryati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun