Mohon tunggu...
Farrel RIzky
Farrel RIzky Mohon Tunggu... Lainnya - SMA Kaniusius

programming, IT, Cybersecurity

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Agama Jadi Pembeda di Al-Mizan?

19 November 2024   20:33 Diperbarui: 19 November 2024   21:30 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2024, saya berkesempatan mengikuti sebuah ekskursi yang tidak hanya memberikan pengalaman baru, tetapi juga memperkaya pemahaman saya tentang pendidikan dan kehidupan pesantren. 

Pondok Pesantren Al-Mizan, yang terletak di kawasan yang asri dan tenang, menjadi tempat bagi kami untuk menggali lebih dalam tentang kehidupan seorang santri dan nilai-nilai pendidikan yang dijunjung tinggi dalam tradisi Islam. Pengalaman ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin yang penuh makna.

Ekskursi ini bermula dari sebuah tujuan yang sederhana: untuk memahami lebih dekat kehidupan di pesantren dan menggali lebih dalam filosofi pendidikan yang diterapkan di sana. Pondok Pesantren Al-Mizan yang kami kunjungi dikenal sebagai salah satu pesantren yang mengedepankan pengajaran agama dan ilmu pengetahuan secara holistik. 

Namun, sebagaimana pesantren lainnya, Al-Mizan juga memiliki tantangan tersendiri dalam menjalani proses pendidikan yang terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari para santrinya. Hal ini menjadi tema utama dalam perjalanan ekskursi kami.

Melihat Kehidupan Seorang Santri

Hari pertama di Pondok Pesantren Al-Mizan dimulai dengan sambutan hangat dari pengasuh pesantren. Mereka menjelaskan bahwa pesantren ini menggabungkan kurikulum agama yang kuat dengan pelajaran umum yang diintegrasikan dengan nilai-nilai moral dan spiritual. Para santri di pesantren ini tidak hanya diajarkan untuk menjadi pribadi yang cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang bertanggung jawab dan berbudi luhur.

"Di pesantren, kita tidak hanya mencari ilmu, tetapi juga mencari keberkahan hidup," kata salah satu pengurus pesantren dalam sambutannya. Saya terkesan dengan kedalaman pemikiran yang terkandung dalam kalimat tersebut. 

Tidak hanya sekadar belajar agama atau ilmu dunia, tetapi pesantren juga menjadi tempat untuk membangun karakter dan menjalin hubungan yang lebih kuat dengan Tuhan. Di sini, pendidikan tidak hanya dilihat sebagai pengetahuan, melainkan juga sebagai sebuah perjalanan spiritual.

Saat melakukan tur keliling pesantren, kami diajak melihat berbagai fasilitas yang ada, seperti ruang kelas, masjid, asrama, dan perpustakaan. Di setiap sudut pondok, tercium aroma ketenangan dan kedamaian yang khas. Para santri, yang kebanyakan masih remaja, tampak tekun belajar dengan suasana yang sangat disiplin namun penuh kasih sayang. 

Mereka menyambut kami dengan senyum ramah, meskipun rutinitas mereka sangat padat. Pagi hari dimulai dengan shalat subuh berjamaah, dilanjutkan dengan kegiatan mengaji Al-Qur'an, dan berbagai kegiatan akademik hingga sore hari.

Salah satu momen yang paling berkesan adalah saat saya berkesempatan berbincang dengan beberapa santri mengenai motivasi mereka belajar. "Kami belajar di sini untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi umat," ujar Hasan, seorang santri kelas tiga, dengan penuh keyakinan. 

Dia menjelaskan bahwa selain belajar ilmu agama, mereka juga diberikan bekal pengetahuan umum, seperti matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan sosial, yang semuanya dipandang sebagai sarana untuk mengabdi kepada masyarakat dan bangsa.

Permainan Bola yang Menghangatkan Hati

Namun, ada satu momen yang tak akan saya lupakan sepanjang ekskursi ini: bermain bola bersama para santri di halaman pesantren. Pada sore hari, setelah seharian penuh dengan aktivitas belajar dan mengaji, kami diajak untuk bergabung dalam permainan sepak bola yang spontan diadakan di lapangan pesantren. Tak disangka, ini menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan dalam perjalanan saya.

Saat pertama kali memasuki lapangan, saya sempat merasa canggung. Sebagian besar dari kami berasal dari latar belakang yang berbeda, termasuk beberapa teman saya yang berasal dari sekolah Katolik, Anak Kanisius, yang memiliki pengalaman terbatas dengan kehidupan pesantren. Namun, begitu bola mulai bergulir, semua kecanggungan itu hilang seketika. 

Tanpa memandang agama atau asal sekolah, kami semua bermain bersama dengan semangat dan kebersamaan yang luar biasa. Santri-santri yang terlihat sangat serius dan disiplin dalam belajar, kini menunjukkan sisi lain dari diri mereka: sisi yang penuh keceriaan dan sportivitas.

Permainan bola itu tidak hanya seru, tetapi juga memperlihatkan betapa tidak ada pembatas yang berarti antara kami---antara anak Kanisius dan para santri. Saya merasa sangat diterima di tengah-tengah mereka. 

Keakraban yang terjalin dalam permainan bola ini seakan menegaskan bahwa kita semua adalah bagian dari keluarga besar yang sama, meskipun memiliki latar belakang yang berbeda. 

Tidak ada lagi perbedaan agama, ras, atau budaya yang menghalangi kami untuk bersenang-senang bersama. Pada saat itu, saya merasakan hangatnya rasa persatuan yang begitu nyata. Semangat kebersamaan yang tercipta di lapangan adalah bentuk nyata dari ajaran Islam tentang persaudaraan, yang mengutamakan kasih sayang dan saling menghormati tanpa membeda-bedakan.

Pengalaman bermain bola ini mengingatkan saya pada sebuah kutipan dari Mahatma Gandhi: "Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan kita, tetapi tidak cukup untuk memenuhi keserakahan kita." Dalam konteks ini, saya merasakan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari apa yang kita miliki, tetapi dari bagaimana kita berbagi dan berinteraksi dengan orang lain, tanpa melihat perbedaan yang ada.

Video Konten dan Tanda Tangan Kenangan

Setelah beberapa hari menghabiskan waktu bersama para santri, datanglah saat yang sulit: perpisahan. Saat itu, suasana menjadi sangat emosional, terutama ketika kami mengumpulkan para santri di halaman pesantren untuk membuat video kenangan. Kami memutuskan untuk membuat sebuah konten bersama, yang akan menjadi kenangan indah bagi kami dan mereka. 

Dalam video tersebut, kami menggunakan smoke bomb yang memberikan efek dramatis, menambah kesan bahwa pertemuan kami adalah sesuatu yang luar biasa dan penuh warna. Semua orang tertawa dan bercanda, sementara kamera merekam momen-momen kebersamaan yang mengharukan.

Setelah video selesai, banyak santri yang mendekati kami dengan wajah penuh harap. "Boleh minta tanda tangan, Kak?" tanya salah satu santri dengan penuh antusias. Sejumlah santri lain pun ikut meminta tanda tangan kami, sebagai kenang-kenangan dari kami, anak-anak Kanisius yang datang jauh-jauh untuk belajar bersama mereka.

 Kami menulis nama kami di atas kertas yang mereka bawa, dan memberikan pesan-pesan semangat, harapan, dan doa agar mereka selalu sukses di jalan yang telah mereka pilih.

Saat saya menandatangani kertas itu, saya merasakan haru yang mendalam. Bukan hanya karena mereka menghargai kami, tetapi juga karena pertemuan ini memberikan saya banyak pelajaran tentang kebersamaan, ketulusan, dan semangat hidup yang tak tergantung pada latar belakang seseorang. Tidak ada perbedaan agama, ras, atau status sosial yang membatasi hubungan kami.

 Semua itu hilang begitu saja dalam ikatan persaudaraan yang terjalin di antara kami.

Saat kami berpisah, beberapa santri memeluk kami satu per satu. Mereka mengucapkan terima kasih dengan penuh rasa hormat dan kehangatan, dan kami pun membalas dengan senyum tulus, berjanji untuk selalu mengingat kenangan indah ini. Momen itu, dengan segala kehangatan dan ketulusan yang ada, menjadi salah satu kenangan terindah yang akan selalu saya bawa sepanjang hidup.

Kehidupan Santri di Pondok Pesantren Al-Mizan

Di Pondok Pesantren Al-Mizan, kehidupan sehari-hari santri diatur dengan ketat, namun tetap mengedepankan suasana kekeluargaan. Meskipun banyak aturan yang harus dipatuhi, seperti jam tidur yang teratur, kewajiban shalat berjamaah, dan rutinitas mengaji, para santri merasa nyaman dengan disiplin yang diterapkan. Sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa disiplin adalah kunci untuk mencetak pribadi yang tangguh dan siap menghadapi tantangan hidup.

Asrama di pesantren ini memiliki kamar yang cukup sederhana, namun bersih dan rapi. Di dalam kamar, para santri tidur bersama, berbagi ruang dan pengalaman. Mereka tidur lebih awal setelah mengikuti kegiatan malam seperti pengajian atau diskusi ilmiah. 

Setiap kamar dilengkapi dengan meja belajar, tempat tidur, dan lemari untuk menyimpan barang-barang pribadi. Suasana malam hari di pesantren sangat tenang, dan hanya terdengar suara-suara lembut dari ruangan pengajian yang berlangsung hingga larut malam.

Bagi saya, pengalaman ini memberikan gambaran yang sangat jelas mengenai cara hidup yang sederhana namun penuh makna. Santri di sini diajarkan untuk mandiri dan disiplin, yang tidak hanya berguna dalam pendidikan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka tahu bahwa hidup bukan hanya tentang mencapai kesuksesan duniawi, tetapi juga tentang mencapai kedamaian batin dan kebahagiaan yang hakiki.

Argumentasi tentang Pendidikan di Pesantren

Pendidikan di Pondok Pesantren Al-Mizan mengajarkan kita banyak hal tentang keseimbangan antara dunia dan akhirat. Di tengah kehidupan yang semakin modern dan serba praktis, pendidikan di pesantren tetap memegang teguh prinsip yang sangat tradisional. Meskipun terkesan kuno, konsep pendidikan yang ada di pesantren justru menjadi solusi bagi banyak masalah sosial di masyarakat, terutama dalam hal moralitas dan etika.

Salah satu hal yang perlu dicontohkan dari pendidikan di pesantren adalah pentingnya integrasi antara ilmu agama dan ilmu dunia. Banyak orang menganggap bahwa pendidikan agama hanya berfokus pada pembelajaran kitab suci dan pengembangan spiritual, namun di Pondok Pesantren Al-Mizan, pendidikan agama dipadukan dengan pengetahuan umum, yang memungkinkan para santri untuk berpikir kritis dan mengembangkan potensi diri secara menyeluruh.

 Oleh karena itu, santri tidak hanya dipersiapkan untuk menjadi pemuka agama, tetapi juga untuk menjadi ilmuwan, pengusaha, atau bahkan pejabat yang berguna bagi masyarakat.

Melihat para santri yang begitu tekun belajar dan berdoa, saya semakin yakin bahwa pesantren memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk karakter bangsa. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, keberadaan pesantren seperti Al-Mizan sangat penting untuk menjaga keseimbangan nilai-nilai luhur yang ada dalam masyarakat kita.

Penutup

Ekskursi ke Pondok Pesantren Al-Mizan memberi saya banyak pelajaran tentang kehidupan dan pendidikan. Pengalaman ini mengingatkan saya pada sebuah kutipan dari Imam Ali bin Abi Thalib, yang mengatakan: "Ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan para raja." Pendidikan yang diajarkan di pesantren bukan hanya memberikan ilmu, tetapi juga membentuk karakter dan moral yang baik pada setiap individu.

Seiring dengan berjalannya waktu, kita semakin menyadari bahwa dunia pendidikan membutuhkan lebih dari sekadar transfer pengetahuan. Kita memerlukan pendidikan yang dapat membentuk karakter dan menanamkan nilai-nilai luhur dalam diri setiap individu. 

Pondok Pesantren Al-Mizan adalah contoh nyata dari pendidikan yang menggabungkan antara pengetahuan agama, ilmu umum, dan pembentukan karakter yang kuat. Di sinilah letak kekuatan pesantren: mengajarkan santri untuk hidup tidak hanya untuk dunia, tetapi juga untuk akhirat, dengan penuh rasa tanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa.

Ekskursi ini mengajarkan saya bahwa pendidikan bukan hanya tentang gelar atau pekerjaan, tetapi tentang bagaimana kita bisa memberi manfaat bagi orang lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh Malcolm X: "Pendidikan adalah kunci untuk membuka dunia, dan kunci itu ada di tangan kita." 

Saya merasa beruntung telah memiliki kesempatan untuk membuka kunci tersebut, dan Pondok Pesantren Al-Mizan menjadi salah satu pintu yang memperkenalkan saya pada dunia pendidikan yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun