Mohon tunggu...
Farrel RIzky
Farrel RIzky Mohon Tunggu... Lainnya - SMA Kaniusius

programming, IT, Cybersecurity

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Agama Jadi Pembeda di Al-Mizan?

19 November 2024   20:33 Diperbarui: 19 November 2024   21:30 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia menjelaskan bahwa selain belajar ilmu agama, mereka juga diberikan bekal pengetahuan umum, seperti matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan sosial, yang semuanya dipandang sebagai sarana untuk mengabdi kepada masyarakat dan bangsa.

Permainan Bola yang Menghangatkan Hati

Namun, ada satu momen yang tak akan saya lupakan sepanjang ekskursi ini: bermain bola bersama para santri di halaman pesantren. Pada sore hari, setelah seharian penuh dengan aktivitas belajar dan mengaji, kami diajak untuk bergabung dalam permainan sepak bola yang spontan diadakan di lapangan pesantren. Tak disangka, ini menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan dalam perjalanan saya.

Saat pertama kali memasuki lapangan, saya sempat merasa canggung. Sebagian besar dari kami berasal dari latar belakang yang berbeda, termasuk beberapa teman saya yang berasal dari sekolah Katolik, Anak Kanisius, yang memiliki pengalaman terbatas dengan kehidupan pesantren. Namun, begitu bola mulai bergulir, semua kecanggungan itu hilang seketika. 

Tanpa memandang agama atau asal sekolah, kami semua bermain bersama dengan semangat dan kebersamaan yang luar biasa. Santri-santri yang terlihat sangat serius dan disiplin dalam belajar, kini menunjukkan sisi lain dari diri mereka: sisi yang penuh keceriaan dan sportivitas.

Permainan bola itu tidak hanya seru, tetapi juga memperlihatkan betapa tidak ada pembatas yang berarti antara kami---antara anak Kanisius dan para santri. Saya merasa sangat diterima di tengah-tengah mereka. 

Keakraban yang terjalin dalam permainan bola ini seakan menegaskan bahwa kita semua adalah bagian dari keluarga besar yang sama, meskipun memiliki latar belakang yang berbeda. 

Tidak ada lagi perbedaan agama, ras, atau budaya yang menghalangi kami untuk bersenang-senang bersama. Pada saat itu, saya merasakan hangatnya rasa persatuan yang begitu nyata. Semangat kebersamaan yang tercipta di lapangan adalah bentuk nyata dari ajaran Islam tentang persaudaraan, yang mengutamakan kasih sayang dan saling menghormati tanpa membeda-bedakan.

Pengalaman bermain bola ini mengingatkan saya pada sebuah kutipan dari Mahatma Gandhi: "Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan kita, tetapi tidak cukup untuk memenuhi keserakahan kita." Dalam konteks ini, saya merasakan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari apa yang kita miliki, tetapi dari bagaimana kita berbagi dan berinteraksi dengan orang lain, tanpa melihat perbedaan yang ada.

Video Konten dan Tanda Tangan Kenangan

Setelah beberapa hari menghabiskan waktu bersama para santri, datanglah saat yang sulit: perpisahan. Saat itu, suasana menjadi sangat emosional, terutama ketika kami mengumpulkan para santri di halaman pesantren untuk membuat video kenangan. Kami memutuskan untuk membuat sebuah konten bersama, yang akan menjadi kenangan indah bagi kami dan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun