Duh, rasanya senang. Bukan karena makanannya semata, tapi karena saya punya "bahan" untuk mengalihkan kerewelan si Bungsu. Saya tawarkan makanan tersebut. Dan taraaa.. Â isinya ada bakmi dan bakpao kesukaan si Bungsu.
"Pie... ada bakpao loh dari aunty! Ayo makan!" kata saya. Si Bungsu tetap cemberut dan marah-marah tapi diterimanya kotak bakpao.
Dia senang tapi sedetik kemudian dikembalikan ke saya. "Nggak mau..." katanya ngambek. Saya pun menutupnya lagi dan meletakkan ke kursi. Si Bungsu masih bersungut-sungut.
Namun tak lama kemudian dia turun dari ranjang dan mengambil bakpaonya. "Aku mau makan ini, " katanya. Saya pun tertawa dalam hati. Sebenarnya dia ingin makan tapi karena ngambek jadinya tidak mau. Tapi akhirnya dia tak tahan untuk makan. Hahaha
Bakpao memang kesukaan dia. Teman baik saya tahu sekali kesukaan si Bungsu. Akhirnya, si Bungsu duduk di ranjang menikmati bakpao itu. Tentu saja masih dengan hati yang kesal. Pokoknya lucu sekali ekspresinya.
Setelah memakannya, tak lama kemudian dia mengantuk lalu tertidur. Yuhuuu... saya girang sekali! Rasanya lega karena si Bungsu sudah diam dan tak merengek lagi. Dia pun tertidur nyenyak hingga posisi geser kesana-sini.
Saya pun mengirim pesan kepada teman baik saya untuk mengucapkan terimakasih. Sungguh, bakpaonya sudah menjadi "penyelamat" bagi saya malam itu. Bakpaonya mampu mengantar si Bungsu tidur nyenyak hingga saatnya pulang dari rumah sakit.
Tuhan Selalu Ada dan Menyertai
Malam itu terasa panjang karena proses administrasi yang cukup lama. Namun, saya tetap tenang dan sabar karena si Bungsu tidur dan tak rewel.
Tepat jam 21.00 malam, saya menggendong si Bungsu untuk pulang dari rumah sakit. Dia masih tertidur dengan pulas. Dengan dibantu staf membawa barang-barang, saya turun meninggalkan ruang perawatan selama 3 hari itu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!