Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Malaikat di Sekitar Kita (Bagian 5 - End)

8 Maret 2022   16:00 Diperbarui: 8 Maret 2022   16:00 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malaikat di Sekitar Kita (Bagian 5-end) | Foto : pixabay.com

Hari terakhir di rumah sakit, si Bungsu harus tes PCR dulu. Setelah hasil keluar, baru dokter anak akan visite. Bagi saya tidak masalah, tapi bagi si Bungsu yang sudah turun demam hal demikian membuat gelisah. Ya, dia sudah ingin "bebas"!

"Get me out from here... Ayo kita kelual(r)... " kata ini selalu diulang dari siang hingga sore. Mungkin dengan kondisi badan yang dirasa sudah sehat, dia ingin pulang ke rumah dan ketemu papa dan kakaknya.

Untuk meredakan semuanya, saya hibur-hibur dengan segala macam cara. Semua cara sudah saya coba hingga menjelang malam. Dari main bersama, makan, sampai saya ajak mencoba tik-tok. Pada akhirnya saya kehabisan ide bagaimana menenangkannya.

Bakpau "Penyelamat"

Di tengah rasa yang campur aduk antara galau dan putus asa, seorang teman baik mengirim pesan WA. Dia mengatakan akan mengirim makanan untuk saya dan si Bungsu sore itu.

Saya infokan bahwa malam ini saya dan si Bungsu akan pulang. Pastinya juga berterimakasih untuk perhatiannya.

Baca juga : Malaikat di Sekitar Kita (Bagian 4)

Entah, hari itu administrasi berjalan lambat. Sebagai pasien covid-19, semua administrasi diurus oleh perawat. Kami hanya menunggu di ruangan.

Sementara itu suami dan si Sulung sudah datang untuk menjemput. Si Bungsu makin tak sabar. Dia ngedumel tak habis-habis. Dia mulai menarik-narik tangan saya, apalagi infus sudah dicabut., Hmmm...

Bagi saya momen seperti itu membuat satu menit seperti satu jam. Ingin rasanya cepat-cepat juga, tapi tak tahu harus bagaimana.

Tiba-tiba jam 6.18 datang perawat ke ruangan. Saya pikir untuk tanda tangan dokumen, ternyata bingkisan makanan dari teman baik saya.

Duh, rasanya senang. Bukan karena makanannya semata, tapi karena saya punya "bahan" untuk mengalihkan kerewelan si Bungsu. Saya tawarkan makanan tersebut. Dan taraaa..  isinya ada bakmi dan bakpao kesukaan si Bungsu.

"Pie... ada bakpao loh dari aunty! Ayo makan!" kata saya. Si Bungsu tetap cemberut dan marah-marah tapi diterimanya kotak bakpao.

Dia senang tapi sedetik kemudian dikembalikan ke saya. "Nggak mau..." katanya ngambek. Saya pun menutupnya lagi dan meletakkan ke kursi. Si Bungsu masih bersungut-sungut.

Namun tak lama kemudian dia turun dari ranjang dan mengambil bakpaonya. "Aku mau makan ini, " katanya. Saya pun tertawa dalam hati. Sebenarnya dia ingin makan tapi karena ngambek jadinya tidak mau. Tapi akhirnya dia tak tahan untuk makan. Hahaha

Si Bungsu menikmati bakpao kesukaannya (Foto : Dokpri MomAbel)
Si Bungsu menikmati bakpao kesukaannya (Foto : Dokpri MomAbel)
Bakpao memang kesukaan dia. Teman baik saya tahu sekali kesukaan si Bungsu. Akhirnya, si Bungsu duduk di ranjang menikmati bakpao itu. Tentu saja masih dengan hati yang kesal. Pokoknya lucu sekali ekspresinya.

Setelah memakannya, tak lama kemudian dia mengantuk lalu tertidur. Yuhuuu... saya girang sekali! Rasanya lega karena si Bungsu sudah diam dan tak merengek lagi. Dia pun tertidur nyenyak hingga posisi geser kesana-sini.

Saya pun mengirim pesan kepada teman baik saya untuk mengucapkan terimakasih. Sungguh, bakpaonya sudah menjadi "penyelamat" bagi saya malam itu. Bakpaonya mampu mengantar si Bungsu tidur nyenyak hingga saatnya pulang dari rumah sakit.

Si Bungsu tertidur setelah makan bakpao (Foto : Dokpri MomAbel)
Si Bungsu tertidur setelah makan bakpao (Foto : Dokpri MomAbel)

Tuhan Selalu Ada dan Menyertai

Malam itu terasa panjang karena proses administrasi yang cukup lama. Namun, saya tetap tenang dan sabar karena si Bungsu tidur dan tak rewel.

Tepat jam 21.00 malam, saya menggendong si Bungsu untuk pulang dari rumah sakit. Dia masih tertidur dengan pulas. Dengan dibantu staf membawa barang-barang, saya turun meninggalkan ruang perawatan selama 3 hari itu.

Ada rasa syukur yang tak terlukiskan pada malam itu. Satu badai kehidupan telah terlewati dengan baik bersama Tuhan. Bukan sebuah musim yang baik, tapi saya bersyukur Tuhan selalu ada bersama saya.

Di depan akan banyak badai kehidupan yang kecil maupun yang besar, tapi saya percaya Dia selalu ada dan menyertai kita di setiap musim kehidupan. Ada malaikat-malaikat di sekitar yang Tuhan kirim untuk kita.

Terimakasih untuk semua malaikat di sekitar. Semua teman baik, perawat, dan sekuriti rumah sakit yang telah membuat satu malam berkesan dalam hidup kami. God bless!

Catatan :
Diary "Malaikat di Sekitar Kita" adalah catatan saya tentang kebaikan-kebaikan orang di sekitar saya saat si Bungsu harus rawat inap di rumah sakit karena covid-19.

Bagian 1

Bagian 2

Bagian 3

Bagian 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun