Sorenya baru saya kembali ke dokter bedah untuk konsul ditemani suami. Singkat cerita, saya harus appendicogram untuk lebih meyakinkan bahwa appendix saya memang bermasalah.
Esoknya saya menjalani appendicogram dan kesimpulan tetap sama. Ketika kembali konsul ke dokter bedah, saya tak bisa berlama-lama karena si Bungsu yang posesif menjadi tantrum saat dokter memeriksa saya.
Suami saya yang mendapat penjelasan dari dokter. Singkatnya, saya harus menjalani apendiktomi. Dalam kasus saya, operasi bisa dilakukan dengan metode laparoskopi.
Apendiktomi dengan laparoskopi
Berbeda dengan apendiktomi dengan teknik konvensional, laparoskopi menggunakan laparoskop berupa selang yang dilengkapi kamera dan lampu. Pembedahan sangat minimal invasif.
Pagi itu (2/12) saya datang ke rumah sakit sekitar jam 6 pagi (sebelumnya saya sudah menjadwalkan dengan pihak RS dan dokter).Â
Setelah mengurus administrasi, saya harus swab antigen. Dan swab nasofaring ini adalah pertama kali buat saya! Ternyata rasanya ughh.. (maklum ya ibu rumah tangga banyak di rumah jadi tak perlu swab selama ini).
Setelah swab, barulah tes ini dan itu untuk persiapan operasi. Dari tes darah, rontgen, ekg, tes alergi antibiotika. Semuanya tak ada masalah.
Siangnya sekitar jam 12, saya dibawa ke ruang operasi. Sebelumnya saya puasa selama 6 jam tanpa makan dan minum.
Di ruang operasi, seperti biasa dokter dan perawat bertanya ini dan itu serta memberi penjelasan prosedur.Â
Berhubung saya mudah stres, daripada makin stres dengan penjelasan ini dan itu, saya katakan "Saya ngikut saja!" Hahaha pokoknya pasrah saja.