Waktu itu operasi dilakukan dengan teknik terbuka (tahun 1997-1998 laparoskopi belum terlalu dikenal dan ada di banyak RS). Bekas sayatan operasi kurang lebih 10 cm di sisi kanan bawah perut.
Penegakan diagnosa
Untuk mengetahui diagnosa seseorang terkena appendisitis atau tidak, tentu kita harus ke dokter.Â
Awalnya saya pergi ke internis. Saya ceritakan gejala saya, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik. Saya merasa nyeri di perut kanan bawah (area Mc Burney).
Dokter sudah mencurigai adanya appendisitis. Karenanya, saya diminta tes darah dan urin. Ini penting untuk mengetahui ada tidaknya infeksi.
Tes urin untuk memastikan ada-tidak infeksi karena kandung kemih (gejala infeksi ini mirip). Untuk tes darah, akan dilihat ada-tidaknya kenaikan angka leukosit yang menunjukkan adanya infeksi.
Dari tes urin dan tes darah, semua baik hanya saja angka leukosit sudah menunjukkan kenaikan meski masih dibawah angka 14000.
Lalu saya diminta untuk USG whole abdomen. USG ini memeriksa seluruh bagian perut, dari hati, usus besar, ginjal, uterus, pankreas, gaster, dan seterusnya.Â
Tahukah untuk USG ini saya harus minum segelas besar air putih? Mungkin 1 liter, saya lupa tanya sama staf radiologi (saya nego untuk tidak habis ternyata tidak bisa! Hahaha ibu-ibu mode on).
Hasil USG sampai pada kesimpulan suggestive chronic appendisitis. Balik konsul lagi dengan internis, saya dirujuk untuk konsul ke spesialis bedah. Disinilah titik saya mulai panik dan overthinking tidak jelas. Hahaha
Rasanya sudah takut duluan mendengar kata "bedah" (Duh, padahal saya sudah 2 kali sectio caesaria loh). Kalau ingat momen ini, saya tersenyum mengingat waktu itu saya takut dan langsung "melipir" untuk pulang dulu. Hahaha