Dan untuk anak laki-laki saya, dia belajar maskulinitas dari ayahnya dan bagaimana memperlakukan pasangan hidupnya.
Hmmm.... jauh banget yak? Hihihi... tapi justru di sinilah urgensinya karena "father hunger" dapat berakibat pada rendahnya rasa percaya diri, ataupun cara anak berelasi di masa depan nanti.
Perlunya Waktu Berkualitas Ayah Bersama Anak
Kesibukan ayah bekerja setiap hari membuat waktu bersama anak menjadi sedikit dan kurang. Apalagi jika pergi sebelum anak bangun dan pulang setelah anak tidur. Anak tak sempat bertemu ayahnya.
Ada juga keluarga yang LDM (long distance marriage) di mana ayah bekerja di luar kota atau luar negeri dan anak bersama ibunya. Tentu ini menyebabkan kehadiran fisik adalah hal yang sulit.
Saya pernah mengalami, baik LDM (meskipun sebentar) ataupun suami yang pergi subuh dan pulang tengah malam.
Puji syukur semua terlewati dengan pindah kerja dan pindah rumah yang kami usahakan dan doakan waktu itu.
Dari perbincangan Parentalk, menurut psikolog Deniar, sebenarnya yang lebih penting adalah KUALITAS dari pertemuan antara ayah dan anak. Bagaimana sikap ayah terhadap anak saat bertemu.
Pada hari kerja mungkin tak banyak waktu, namun pada akhir pekan atau waktu liburan ayah harus berusaha dekat dengan anak.
Waktu yang berkualitas ini bisa dilakukan dengan bermain bersama anak, berdiskusi dengan anak, atau melakukan hobi bersama.
Seringkali, saat hari libur saya "sodorkan" anak-anak ke ayahnya. Meskipun hanya ke minimarket ataupun beli makanan.