Beberapa hari lalu heboh berita mengenai seorang oknum dokter yang konon tak percaya Covid-19 dan mengatakan penyebab kematian pasien Covid-19 adalah adanya interaksi obat. Kurang lebih begitu karena saya tak memperhatikan dan tidak tertarik untuk berpanjang-lebar masalah oknum dokter tersebut.
Hanya saja, sebagai lulusan farmasi rasanya ikut gemes. Akhirnya tadi siang, saya menonton youtube wawancara Prof. Dr. Apt. Zullies Ikawati : "Apakah Interaksi Obat Penyebab Kematian Pasien Covid-19?".
Sumber: Youtube
Bagi yang ingin tahu bisa segera meluncur ke link youtube ini. Disitu Prof. Zullies memberikan jawaban yang gamblang dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh awam.
Interaksi Obat
Bagi mahasiswa Farmasi, istilah interaksi obat bukankah hal baru. Banyak mata kuliah yang membahas permasalahan interaksi obat ini. Interaksi obat sering berkaitan dengan tata laksana terapi dan penggunaan obat yang rasional. Jaman saya dulu dikupas tuntas di program profesi dengan mata kuliah Farmakoterapi. Tapi dasar-dasarnya ada di S-1.
Definisi interaksi obat adalah pengaruh dari suatu obat ketika bercampur dengan obat lain dalam satu terapi. Interaksi obat tak selalu bermakna negatif dan merugikan. Beberapa obat justru ketika berinteraksi memberi keuntungan dan bersinergi dalam terapi pasien.
Mahasiswa farmasi selalu belajar interaksi obat karena seringkali terapi pada pasien berupa kombinasi obat. Misalnya saja pada pasien penyakit metabolit seperti hipertensi dan diabetes melitus.
Bagaimana interaksi obat dalam terapi Covid-19? Menurut Prof. Zullies, tidak ada interaksi obat yang digunakan dalam terapi Covid-19.
Namun lagi-lagi bukan netizen negeri plus enam-dua jika tidak ngeyel dan sok tahu. Bahkan ada juga yang mengatakan penyusun tata laksana terapi Covid-19 itu bodoh. Hmmm... elus dada!