Si Sulung bolak-balik memeluk saya, "Thank you, Mama!" (harap maklum anak-anak kurang piknik).
Kemudian masuk villa mereka antusias melihat tangga. Ya ampun, saya sampai heran wong di rumah juga ada. Hmmm... ternyata beda dong!
Saat Yes Day, saya tak lagi katakan "No" dan cerewet ini-itu. Baru saya sadari ternyata saya cerewet, bahkan untuk urusan naik-turun tangga sekalipun. Tidak boleh lari-lari, tidak boleh sambil lihat handphone, dan seterusnya. Hahaha
Poing-poing adalah lompat-lompat di kasur. Sesuatu yang akan membuat saya marah di rumah. Hahahaha
Berhubung Yes Day, ya sudah saya biarkan sambil awasi. Herannya si sulung yang badannya sudah sebesar saya asyik dan bahagia sekali lompat-lompatan di kasur. Adiknya jangan ditanya, itu hobinya tiap hari.
Saya dan suami hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala. Kadang saya stres takut si bungsu jatuh. Biarkan sesekali anak-anak bebas tanpa banyak aturan dan kekangan.
Tak sampai situ, untuk makan mereka minta mi instan. Ya, pasti terbayang ya di rumah menu ini sangat istimewa plus ceramah dari saya.
Mereka pun berhasil menikmati makanan kesukaannya. "Kan, Yes Day! yuhuuyyy," kata si Sulung yang puas menikmati mi instan.
Ya, sadar atau tidak sadar sebenarnya banyak kekangan yang kita terapkan untuk anak-anak di rumah. Harus ini-itu, tidak boleh ini-itu, dan seterusnya. Belum ditambah teori dan wejangan segala rupa.
Jadi, dengan Yes Day kita bisa memberi ruang gerak yang lebih bebas. Buat saya, Yes Day bisa menjadi salah satu jalan tengah untuk menjadi orangtua yang berotoritas namun juga tetap menyenangkan. Tak ada salahnya anak-anak menikmati satu hari dengan segala kebebasan namun tetap dalam pengawasan.