Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ini 5 Tip Supaya Tak Salah Pilih Hotel untuk Liburan

25 Maret 2021   14:40 Diperbarui: 26 Maret 2021   02:28 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca sekilas twitter kemarin, ada yang sedang ramai dibahas warga twitland. Sumbernya dari video TikTok. Berhubung saya tidak punya akun TikTok, akhirnya kepo di twitter saja.

Warga twitland ramai membahas kehororan suatu hotel yang sepertinya lumayan terkenal dengan cerita mistis. Bahkan kompasianer bu Liliek Fatimah Azahra pernah membuat tulisan tentang hotel ini.

Saya tak hendak membahas hotel tersebut. Hanya saja kejadian salah pilih hotel bisa terjadi pada siapa saja. Hotel yang horor adalah salah satu pengalaman yang membuat tak nyaman.

Salah pilih hotel saat liburan keluarga bisa berakibat fatal. Dari tak bisa tidur, anak rewel, gatal atau alergi, hingga kecewa dan merasa rugi secara materi. Tentu hal ini mengganggu liburan, apalagi bersama keluarga.

Nah, belajar dari secuil pengalaman saya, begini tips dari saya supaya tak salah pilih hotel :

1. Membaca ulasan hotel itu penting

Berbeda dengan sepuluh tahun yang lalu, sekarang ini banyak aplikasi dan situs travelling yang memberikan ulasan tentang hotel. Sebelum memilih hotel, pastikan ulasan dari pengunjung adalah bagus dan sesuai kebutuhan serta selera kita.

Dalam memilih hotel, saya berusaha membaca banyak ulasan dan jangan hanya ulasan dari satu orang saja. Bisa dibandingkan dengan pengunjung lain.

Filter pertama adalah rating hotel. Hotel yang bagus biasanya mempunyai rating 8 keatas dan banyak ulasan positif dan puas dari pengunjung.

Boleh juga membaca ulasan dari para travel blogger. Namun, kita tetap harus berhati-hati karena ulasan tersebut sangat subyektif.

Saya pernah membaca ulasan positif di satu blog, namun ketika kami sampai disana sungguh kecewa. Ya, mungkin masalah selera yang berbeda. Akan tetapi, selain kondisi hotel, kami juga kapok dengan nyamuk besar-besar di hotel tersebut.

Akhirnya kami memutuskan untuk tinggal semalam saja. Disinilah perlunya membaca banyak ulasan. Satu saja kurang cukup untuk mewakili tingkat kepuasan pengunjung.

Kalau sekarang, saya lebih suka melihat rating dan ulasan dari Traveloka, Agoda, Trip Canvas, atau travel blog yang terpercaya.

2. Rekomendasi teman itu lebih valid

Dibanding membaca ulasan, rekomendasi teman akan lebih valid. Apalagi teman dekat atau sahabat kita. Biasanya info mereka lebih objektif dan apa adanya.

Saya paling suka bertanya kepada teman karena bisa tanya detil kondisi hotel. Secara blak-blakan, teman akan menginformasikan plus-minus hotel.

Teman disini bisa keluarga, sesama penyuka travelling, dan atau teman yang berdomisili di kota atau daerah yang akan kita kunjungi. Kadang malah tidak hanya tanya hotel, tapi juga destinasi wisata yang bagus di daerah tersebut. This is what a friend are for!

3. Jangan tertipu dengan foto

Jika kita memesan hotel menggunakan situs atau aplikasi travel, biasanya foto yang ditampilkan bagus dan keren. Memang beberapa hotel asli bagus sesuai foto. Namun, tak jarang juga kondisi hotel aslinya jauh dari foto.

Pernah suatu kali saya memesan hotel dengan mengandalkan nama besar sebuah jaringan hotel tertentu, fotonya juga keren, namun sampai sana ternyata hotel sudah tua dan kurang terawat.

Sekarang dengan adanya media sosial, terutama instagram, kita bisa tahu kondisi sebenarnya dari story instagram hotel yang bersangkutan. Beberapa selebgram travel juga menceritakan kondisi detil hotel.

Nah, itulah fungsi instagram bagi saya, selain untuk posting foto juga untuk mencari informasi hotel. Bahkan belum lama ini karena kondisi pandemi, saya kontak langsung hotelnya untuk tahu bagaimana protokol kesehatan yang dijalankan.

4. Pertimbangkan informasi tambahan

Tidak semua hotel tua itu horor alias menyeramkan. Banyak juga hotel tua yang nyaman. Bagi saya informasi tambahan tentang hotel yang sulit dibuktikan yaitu kehororan, tetap harus dipertimbangkan.

Saya tak bisa tidur di hotel dengan suasana "creepy". Begitu juga dengan anak-anak, kasihan kalau mereka tak bisa tidur nyenyak.

Pernah suatu kali kami memilih hotel yang sedikit murah karena akan berlibur dalam waktu 3-4 hari. Ternyata si bungsu rewel terus tidur di hotel ini. Akhirnya malam-malam suami keluar mencari hotel lain secara on the spot sekalian survey kamar langsung.

Mungkin juga feeling saya tak enak, selama suami mencari hotel lain, saya mengemasi semua barang. Ketika kembali ke hotel, suami kaget karena saya sudah siap berpindah. Alhasil tengah malam kami check-out. Ingin hemat malah bayar dobel!

Staf hotel heran dan bertanya, "Mau lihat pergi ke gunung mengejar sunrise ya, Pak?" Suami langsung mengiyakan begitu saja. Entahlah, padahal waktu itu hotel penuh karena banyak tamu. Mungkin cocok-cocokan juga ya?

Nah, setelah pindah hotel malam itu, anak-anak saya langsung tidur pulas. Padahal hotel ini hanya guest house dengan beberapa kamar saja. Tapi memang "homey" dan asyik.

5. Ada harga, ada rupa

Hukum ekonomi umumnya harga sebuah kamar hotel sebanding dengan penampakan dan fasilitas. Bukan berarti kita harus menginap di hotel yang mahal. Bukan. Ada juga kok hotel yang murah tapi bersih dan bagus.

Akan tetapi, jika kita mengajak keluarga dan anak, pertimbangkan juga kelas hotel. Tidak lucu jika kita mengajak anak liburan, namun aura sekitar hotel tidak bagus.

Suatu kali kami pernah memesan hotel di suatu kota. Hotel ini berupa resort dan termasuk yang paling bagus di daerah tersebut. Kami memesan kamar standar karena ada promo dari aplikasi travel.

Setelah kami sampai, ternyata kamar itu sangat tidak layak untuk keluarga. Yang kami lihat seperti kamar untuk berkencan semalam dan bau rokok menyengat. Duh, rasany kesal!

Akhirnya, kami minta kamar lain. Suami bertanya blak-blakan dengan resepsionis. Jadilah kami upgrade kamar ke yang lebih layak dengan menambah biaya yang cukup mahal.

Tapi tak apalah, daripada harus tidur di kamar yang aneh. Hmm... mungkin beberapa hotel, demi kelangsungan hidup memang menyediakan tipe kamar yang "aneh" ini.

Sekarang saya memang melihat harga hotel, jika published rate sangat murah jadi lebih berhati-hati. Bisa jadi ada "sesuatu" hehe... Nggak selalu tentang cerita mistis tapi juga tentang fasilitas. AC yang tua, wifi yang jelek, atau bisa juga sarapan yang kurang enak.

Ada harga, ada rupa lah ya? Saya lebih memilih menunggu promo atau diskon dari hotel ataupun dari aplikasi travel.

Wah, menulis ini jadi pingin jalan-jalan dan pesan hotel! Hihihi...  Masa pandemi memang menyebabkan defisiensi vitamin D aka vitamin "Djalan-djalan" !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun