Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Glamping Keluarga, Waktu yang Indah Bercengkerama dengan Alam

19 Februari 2021   06:30 Diperbarui: 19 Februari 2021   10:08 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sore hari di samping tenda glamping (Foto : Koleksi pribadi)


Liburan dengan tema camping sangat menarik untuk anak-anak. Di masa sekarang, camping menjadi lebih mudah dengan adanya glamping (glamor camping). Dengan glamping, kita bisa mewujudkan impian bercengkerama dengan keluarga di tengah keindahan alam semesta.

Liburan di masa pandemi perlu trik kecil untuk menghindari keramaian dan kerumunan. Salah satunya adalah memilih waktu yang tepat. Itulah yang saya lakukan di bulan Desember 2020 kemarin. Kali itu kami pergi liburan lebih dulu dibanding orang lain, yaitu di tanggal 19-20 Desember.

Hemat saya, banyak orang akan berlibur di hari Natal hingga tahun baru. Dengan berlibur duluan, setidaknya kami terhindar kemacetan, keramaian, dan kerumunan di tempat wisata.

Dusun Bambu, Lembang

Siang itu kami tiba di Dusun Bambu, Lembang, Bandung. Udara sejuk sangat terasa ketika kami keluar dari mobil. Suami mengurus proses check-in, sementara saya mengurus anak-anak.

Dusun Bambu sangat jauh berubah dibanding tahun sebelumnya. Ternyata selama pandemi, tempat ini tutup. Selama waktu ini, mereka berbenah untuk mengusung konsep baru "Private Sanctuary Lifestyle".

Soft opening konsep baru ini dilakukan tanggal 17 Desember 2020. Sungguh waktu yang tepat karena kami mengunjunginya di tanggal 19 Desember. Waktu itu belum banyak pengunjung.

Salah satu yang baru di Dusun Bambu adalah Galeri Flora Indonesia. Begitu proses check-in selesai, kami mengunjungi "surga kecil" bagi pecinta flora ini. Galeri ini benar-benar memanjakan mata.

Baca juga : Galeri Flora Indonesia, Surga Kecil Bagi Pecinta Tanaman (Klik Disini).

Setelah itu, kami bersantap siang di Restoran Purbasari. Restoran dengan masakan khas Sunda ini berupa saung kecil di pinggir danau yang asri. Saung ini bisa untuk satu keluarga. Jarak antar saung jauh. Semua peralatan makan disterilisasi. Yang pasti acara makan lebih minimal resiko penularan coronavirus.

Restoran Purbasari. Makan di tepi danau dengan hidangan khas Sunda (Foto : koleksi pribadi)
Restoran Purbasari. Makan di tepi danau dengan hidangan khas Sunda (Foto : koleksi pribadi)
Sembari menunggu pesanan, kami bermain di dermaga kecil di depan saung. Acara memberi makan ikan pun seolah sangat berarti buat anak-anak yang "kurang piknik" ini. Kami sempat juga menaiki perahu mengelilingi danau.
Menikmati kebersamaan sebelum santap siang (Foto : koleksi pribadi)
Menikmati kebersamaan sebelum santap siang (Foto : koleksi pribadi)
Glamping Keluarga

Selain waktu yang tepat, saya juga memilih jenis iburan yang lebih aman dan nyaman di masa pandemi yaitu glamping (glamor camping). Tema camping atau berkemah tentu disukai anak-anak. 

Aktivitas outdoor langsung di alam pastinya sangat dirindukan selama pandemi. Selain itu dengan glamping, keluarga tidak perlu repot memikirkan banyak printilan. Bisa dibilang glamping adalah cara camping yang praktis.

Dari restoran, kami diantar dengan mobil golf. Tempat glamping ada di area atas. Mobil golf pun bergoyang dan gradak-gruduk ketika jalan menanjak. 

"Ini lebih asyik, Ma daripada di depan laptop!" kata si Sulung. Ya ampun, segitunya dia menikmati liburan waktu itu. Bagaimanapun harus diakui bahwa ada kejenuhan saat belajar daring selama pandemi.

Setelah sampai, anak-anak berebut masuk ke tenda. Si sulung langsung masuk di sleeping bag yang ada. Si bungsu tidur di kasur dan menarik selimut. Mereka langsung pura-pura tidur.

Anak-anak pura-pura tidur dengan sleeping bag (Foto : koleksi pribadi)
Anak-anak pura-pura tidur dengan sleeping bag (Foto : koleksi pribadi)
Glamping disini memang benar-benar menggunakan tenda, kasur tipis, sleeping bag, lampu kecil, dan tidak ada TV. Dari beberapa glamping yang kami coba, glamping Dusun Bambu yang lebih mendekati camping.

Area glamping ini luas. Kamar mandi terpisah dan dilengkapi dengan air panas (namanya juga glamping hehe). Ada balkon untuk berkumpul, ada area api unggun, dan juga untuk barbeque. Anak-anak sangat menikmati.

Menikmati kebersamaan (Foto : koleksi pribadi)
Menikmati kebersamaan (Foto : koleksi pribadi)
Bercengkerama dengan Keluarga

Sore hari kami mandi dan masuk ke tenda. Sebelum itu kami berkumpul dan duduk-duduk di meja luar. Si bungsu makan wafer dan kami makan pisang. Begitu kami keluar tenda, seekor monyet sedang asyik menyantap makanan di meja. Waduh, kami lupa menyimpan sisa wafer dan pisang. Makanan ini mengundang monyet datang.

Tapi tak apa, saya malah senang anak-anak bisa melihat monyet langsung di alam. Sore itu kami juga melihat seekor tupai yang melompat di antara pohon-pohon pinus yang menjulang.

Monyet yang datang karena melihat makanan di meja. Melihat ini, anak-anak cukup terhibur. (Foto : koleksi pribadi)
Monyet yang datang karena melihat makanan di meja. Melihat ini, anak-anak cukup terhibur. (Foto : koleksi pribadi)
Area glamping berpintu dan sekelilingnya dibatasi dengan tanaman pucuk merah dan bambu yang cukup tinggi. Karenanya, glamping terasa lebih private. Tak ada orang yang hilir-mudik.

Kami berempat asyik bercengkerama. Anak-anak terlihat ceria. Kami sempat menggelar tikar di luar tenda, kemudian tidur-tiduran bersama. Perasaan bahagia membuncah di hati kami. Maklum, berbulan-bulan kami hanya di rumah. Sensasi bahagia tentu lebih terasa.

Langit sore kala itu sungguh indah. Cuaca cerah sungguh kami syukuri. Langit senja merah merona. Kami pun memulai acara barbeque berupa jagung dan uli yang semua sudah disediakan. 

Langit senja yang indah (Foto : koleksi pribadi)
Langit senja yang indah (Foto : koleksi pribadi)
Selain cemilan yang kami bawa dari rumah, cemilan rengginang dan jipang manis juga disediakan oleh pihak glamping. Begitu juga minuman hangat bandrek dan bajigur. Sungguh kenikmatan di tengah alam.

Barbeque bersama anak-anak di sore hari. (Foto : koleksi pribadi)
Barbeque bersama anak-anak di sore hari. (Foto : koleksi pribadi)
Malamnya, kami menikmati api unggun. Lumayan mengusir hawa dingin. Ini adalah kali pertama anak-anak melihat langsung api ungun. Glamping sebelumnya tak ada yang menyediakan api unggun secara privat seperti ini.

Menikmati api unggun di malam hari bersama anak-anak (Foto : koleksi pribadi)
Menikmati api unggun di malam hari bersama anak-anak (Foto : koleksi pribadi)

Hingga malam, anak-anak asyik bermain. Namun mereka tidur cepat karena tak ada TV. Si bungsu sempat protes, "Kok nggak ada TV. Nggak ada nettflix?" Kakaknya pun menyahuti, "Namanya juga camping!" Hehehe

Menikmati Alam

Esok paginya, kami dikejutkan dengan banyak monyet yang berlarian dari pohon yang satu ke pohon lainnya. Mereka saling mengejar sesamanya. Anak-anak malah kegirangan melihat tingkah monyet-monyet Jawa ini. 

Setelahnya, kami menikmati alam sekitar di dusun Bambu. Dari tempat tertinggi disini, kita bisa melihat bentang alam yang indah dan memanjakan mata.

Pemandangan di pagi hari yang cerah (Foto : koleksi pribadi)
Pemandangan di pagi hari yang cerah (Foto : koleksi pribadi)

Pagi itu matahari bersinar cerah. Gumpalan awan pagi menghias angkasa. Semilir angin membawa kesejukan pagi. Hijau pohon dan warna-warni bunga menambah keindahan pagi. Gemericik air ikut menyempurnakan hari.

Ketika kami berjalan bersama sekalian menuju restoran, anak-anak sangat ceria. Kami tak berpapasan dengan keluarga lain. Begitulah liburan di masa pandemi. Lebih syahdu tanpa hiruk-pikuk keramaian.

Pagi hari di taman Arimbi. Udara bersih dan segar (Foto : koleksi pribadi)
Pagi hari di taman Arimbi. Udara bersih dan segar (Foto : koleksi pribadi)
Usai sarapan, kami menikmati naik perahu bersama di danau dan berfoto di dermaga. Setelah itu, kami kembali ke tenda dan siangnya kembali ke Cikarang.

Sebenarnya ada restoran baru bernama Lembur Urang yang didesain private dengan nuansa Sunda. Disana tersedia juga rumah budaya untuk mengenalkan budaya Sunda ke anak-anak, mulai rumah adat, musik, tari, dan permainan tradisional. Sayang, kami masih banyak paranoid dengan coronavirus. Melihat anak-anak sudah cukup bahagia dan puas dengan glamping, kami pun memutuskan untuk langsung pulang.

Bersama naik perahu di pagi hari (Foto : koleksi pribadi)
Bersama naik perahu di pagi hari (Foto : koleksi pribadi)
Orangtua bahagia, anak pun bahagia 

Mungkin selama ini ada yang bertanya-tanya darimana saya tahu anak-anak bahagia. Begini, tiap kali pergi atau liburan saya selalu bertanya sesudahnya. "Are you happy, kids?" Biasanya mereka akan menjawab jujur di depan kami.

Kalau senang ya akan menjawab "happy". Kalau ada yang kurang, si sulung biasanya akan menjawab apa yang dia kurang sukai. Namun, jarang sih mereka tidak bahagia kalau liburan Hehe Bisa jadi karena orangtuanya bahagia, makanya mereka juga ikut bahagia. Begitulah kira-kira.


Cikarang, 17 Februari 2021

Catatan : Semua foto tanpa masker dengan pertimbangan tidak ada orang lain. Kondisi waktu itu sepi pengunjung. Selain daripada itu, kami selalu menerapkan 3M.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun