"Ya sudah, Opa sudah siap-siap. Ayo kamu cepet beres juga, " pinta Oma kepada Rani.
Rani memoleskan blush on berwarna peach pada tulang pipinya. Kemudian memoles tipis lipstik berwarna pink. Dia sudah siap dengan gaun putih sesuai dresscode undangan.
Sebelum keluar kamar, sekali lagi Rani memastikan dandanannya. "Harusnya aku ada yang jemput. Nggak keren juga ya diantar Oma sama Opa?" bisik batinnya. Rasa tak percaya dirinya makin menjadi.
Hati Rani bertambah gundah-gulana. "Coba ya aku punya kakak atau adik laki-laki. Pasti bermanfaat saat-saat begini, bisa kuajak untuk menemani " batinnya makin merana.
"Rani, ayo pergi sekarang!" suara Oma memanggil.
Rani bergegas ke depan. Oma dan Opa sudah menunggu. Opa yang sudah pensiun masih gagah menyetir mobil. Begitu juga Oma yang masih aktif wara-wiri dengan berbagai komunitasnya.
Mobil melaju di jalan dengan kecepatan sedang. Rani hanya diam. Kecamuk pikiran yang semrawut tak bisa lagi disembunyikan. Beberapa kali Oma Rani mengintip dari kaca spion.
"Rani, lo sudah berangkat belum? " bunyi pesan WA Desy.
"Sudah, Des... Bentar lagi sampai kok, " balas Rani.
"Oke. Lo sama siapa? bawa atuh gandengan... " Desy menjawab pesan dengan menambahkan emoticon kedip mata.
"C U... "