Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Kantor Kenangan

17 Oktober 2020   06:00 Diperbarui: 17 Oktober 2020   06:14 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan bekerja malam hari. Sumber : Huffingtonpost.com

Setelah dua minggu giliran shift malam, akhirnya aku mendapat giliran shift pagi. Sebagai lajang, berangkat ke kantor lebih pagi itu menyenangkan. Apalagi setelah gajian, artinya bisa pulang teng-go untuk sekedar shopping dan cuci mata di mall.

Senin itu aku sangat bersemangat. Sampai di kantor, sudah ada Teti, staf administrasi yang paling rajin dan cekatan di departemenku. Rasanya susah untuk datang lebih pagi dari Teti.

"Woi... shift pagi nih mbak? " sapanya. Aku pun tersenyum. "Iyalah, Tet... shift malam bikin capek. Sepi pula. Nggak ada teman ketawa hehehe... " jawabku.

Setelah itu, aku menuju mejaku. Kunyalakan komputer, periksa dokumen yang belum selesai, kemudian cek email yang masuk. Seketika aku ingat pagi ini ada  bahan baku yang cito (urgent) untuk dirilis. Dokumen perilisan belum ada di mejaku.

Aku segera menuju ke ruang admin untuk menanyakan kepada Teti apakah dokumen sudah lengkap.

"Say, dokumen bahan baku yang diminta cito kok belum ada di mejaku ya, bisa difollow-up ke bagian quality control?" tanyaku. Teti kebingungan mendengar pertanyaanku.

"Bentar mba, aku cek dulu ya. Kesiangan hari ini jadi baru datang, " sahutnya. Ganti aku sekarang aku yang kebingungan. "Loh, bukannya kamu datang sebelum aku? " tanyaku balik.

Teti melotot. "Mba, aku tuh baru aja duduk. Mba duluan yang datang!"

"Hah? yang bener? terus tadi siapa yang ngobrol sama aku? Ih, aku ngobrol sama kamu kok!" kataku.

Aku terbengong-bengong dengan jawaban Teti. Aku sangat yakin seribu persen tadi aku ngobrol dengannya. Kebingungan melandaku. Duh.

"Sudah, Mba, nggak usah dipikirin. Ya udah, aku tanya pak Roni dulu ya?" kata Teti yang seolah paham dengan perasaanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun