Setelah dua minggu giliran shift malam, akhirnya aku mendapat giliran shift pagi. Sebagai lajang, berangkat ke kantor lebih pagi itu menyenangkan. Apalagi setelah gajian, artinya bisa pulang teng-go untuk sekedar shopping dan cuci mata di mall.
Senin itu aku sangat bersemangat. Sampai di kantor, sudah ada Teti, staf administrasi yang paling rajin dan cekatan di departemenku. Rasanya susah untuk datang lebih pagi dari Teti.
"Woi... shift pagi nih mbak? " sapanya. Aku pun tersenyum. "Iyalah, Tet... shift malam bikin capek. Sepi pula. Nggak ada teman ketawa hehehe... " jawabku.
Setelah itu, aku menuju mejaku. Kunyalakan komputer, periksa dokumen yang belum selesai, kemudian cek email yang masuk. Seketika aku ingat pagi ini ada  bahan baku yang cito (urgent) untuk dirilis. Dokumen perilisan belum ada di mejaku.
Aku segera menuju ke ruang admin untuk menanyakan kepada Teti apakah dokumen sudah lengkap.
"Say, dokumen bahan baku yang diminta cito kok belum ada di mejaku ya, bisa difollow-up ke bagian quality control?" tanyaku. Teti kebingungan mendengar pertanyaanku.
"Bentar mba, aku cek dulu ya. Kesiangan hari ini jadi baru datang, " sahutnya. Ganti aku sekarang aku yang kebingungan. "Loh, bukannya kamu datang sebelum aku? " tanyaku balik.
Teti melotot. "Mba, aku tuh baru aja duduk. Mba duluan yang datang!"
"Hah? yang bener? terus tadi siapa yang ngobrol sama aku? Ih, aku ngobrol sama kamu kok!" kataku.
Aku terbengong-bengong dengan jawaban Teti. Aku sangat yakin seribu persen tadi aku ngobrol dengannya. Kebingungan melandaku. Duh.
"Sudah, Mba, nggak usah dipikirin. Ya udah, aku tanya pak Roni dulu ya?" kata Teti yang seolah paham dengan perasaanku.