"Hmm.. hmmm.. " dehem mas Jar memecah sunyi.
"Nggak enak gimana mulai ceritanya. Pokoknya aku dengar cerita ini langsung dari teman dekatku. Dan sejak itu aku nggak mau makan disitu, " mas Jar memulai cerita.Â
"Gini.. jadi ceritanya aku punya teman, lha temanku ini sohibnya anak yang punya soto Srimpi itu. Nah sekali waktu dia nginep disana. Sudah lama banget... trus makanlah disana. Orangtuanya baik banget, "
"Dia disuruh ambil sendiri. Pas ambil kuahnya dia nemu kain didalamnya. Lha kamu tahu itu kain apa? Ituuuu... adalah... dalaman yang punya katanya, " mas Jar berhenti bercerita. Na dan suaminya sontak kaget. Mbak Wi hanya tersenyum.
"Ibunya langsung kaget dan merasa apes. Gimana kok bisa ketahuan. Jadi rahasia enaknya soto itu disitu Na..." lanjut mas Jar.
"Sejak saat itu temanku dipesan boleh ajak makan disitu siapa saja dan sebanyak-banyaknya. Gratis!"
"Wes mbok simpulke dewe wae lah***.. kira-kira apa yang terjadi. Makanya aku nggak pernah ajak kalian kesitu, " pungkas mas Jar mengakhiri cerita.
Na dan suaminya terdiam. Berpikir dan menarik kesimpulan. Meskipun sudah di tangan keturunannya dan mungkin sekarang ini dipegang oleh generasi ketiga, toh siapa yang jamin tidak lagi seperti itu.
Na pun akhirnya bangkit berdiri.
"Oh.. gitu... yo wes mbak Wi kita ke soto pak Har saja, " ucap Na lugas.
Mbak Wi pun bangkit dan mengajak semua anak dan keponakannya untuk bersiap pergi. Titi, Toni, dan kedua anak Na dengan mudah menghentikan permainan.