Di sebuah area bermain anak-anak, ada beberapa rombongan ibu dan anak-anak. Sepertinya genk ibu-ibu muda. Na duduk, kemudian tak sengaja mengamati mereka sembari mengawasi anaknya sendiri.
"Salsa.. ayo dekatan dikit ke Raline... say cheeseeee... " perintah ibu muda yang berbaju pink nude.
"Nah gitu dong... gayanya gimana? Ayooo.. sekarang gaya bebas" lanjutnya sambil membidikkan kamera ke arah anak-anak.
"Semuanya begini tangannya yaaa!" Ibu muda bercelana merah memberi contoh kepada anak-anak. Jari-jari tangannya membentuk huruf L dengan telunjuk dan ibu jari.
Tiba-tiba suami Na menghampiri. Mungkin tahu dari tadi Na memperhatikan genk ibu-ibu muda tersebut.
"Tuh... 2 jari!" kata suami Na dengan senyum meledek.
"Hahaha... iya sekarang 2 jari. Segitu pentingnya anak-anak harus ikut pilihan orangtuanya ya?" Na tertawa.
"Ya, kayaknya cuma kamu yang ga peduli satu atau dua jari"
"Ah, biarin aja. Namanya orang hidup bebas dong tentuin pilihan. Anak-anakku bebas mau satu jari atau dua jari. Wong cuma pose foto kok. Karena ku selow.... sungguh selowww.... hahaha" Na tertawa lepas.
Suami Na hanya tersenyum. Mungkin sudah hafal dengan ritme hidup Na yang santai tapi tetap serius. Na adalah perempuan praktis, dinamis, dan teguh pendirian. Bagi Na, perempuan harus bisa memilah mana yang prioritas, yang penting, yang bermanfaat, atau yang terbaik. Namun tetap menghormati pilihan orang lain.
Kurang-lebihnya, seperti ketika perempuan memilih untuk bekerja atau tidak. Dalam hal politik pun demikian, tak ada yang salah dan benar. Semua tergantung kata hati dan faktor-faktor lain yang dihadapi oleh orang tersebut. Mau pilih nomor satu boleh, dua juga boleh. Beres to? Begitu kata Na kepada suaminya.