Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pacar Digital

8 Maret 2019   21:00 Diperbarui: 9 Maret 2019   00:59 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah selesai bercakap-cakap di telepon, suamiku mengajakku kembali bicara.

"Yaaah... semua harus dihadapi. Tak ada yang menginginkan ini terjadi. Sudah terjadi, mau bagaimana lagi. Kubilang sama Rony bahwa siap atau nggak siap dia harus siap dan tanggung jawab sebagai laki-laki", kata suamiku.

"Neneknya Chery sampai nangis dan jatuh sakit dengar kabar ini. Aku nggak tega. Aku memang kesal sama Rony dan Chery ini. Sudah tahu masih saudara sepupu 2 kali, kok pacaran. Nggak bilang-bilang lagi. Tahu-tahu kayak gini ", lanjutnya.

"Ya sabar. Mau gimana lagi, bagaimanapun mereka juga harus belajar bertanggung jawab", sahutku.

"Seandainya bisa dicegah, kami pasti cegah. Tapi semua terjadi secara cepat dan kilat di luar dugaan. Tak ada yang menyangka Chery sama Rony seperti ini", suamiku berkata dengan nada getir.


"Sekarang orang tua pontang-panting ngurus pernikahan. Semua harus cepat. Tapi yang mau nikah malah banyak nggak jelasnya", lanjutnya. Kali ini tak dapat disembunyikan kejengkelannya sama Rony yang susah untuk dikasih tahu.

Aku hanya bisa mendengarkan ocehan suamiku. Aku tahu dia pusing. Apalagi ibu Rony dan keluarga besarnya --- karena shock dan marah --- justru memperkeruh keadaan dengan menuduh Chery ini yang mengganggu dan menggoda Rony yang masih masa percobaan di kantornya. Sedangkan keluarga Chery merasa Rony, laki-laki yang merusak anak perempuannya yang merupakan harapan besar mengangkat nama keluarga. Runyam pokoknya runyam, kataku dalam hati.

Kuputuskan untuk tidak ikut campur. Aku tahu suamiku bijak untuk menjadi penengah kedua pihak. That is life! Jalani saja apa yang menjadi bagian. Sebagai paman, suamiku harus mengambil alih peran almarhum abangnya.

Pikiranku terus berkecamuk. Pernikahan tidak semudah mengetik status di media sosial. Bagaimana jika cinta Rony dan Chery ini hanya cinta sesaat, sedangkan pernikahan itu satu dan tak terceraikan? Bagaimana Chery bisa merampungkan skripsinya jika sudah begini?

Kupandangi anak-anakku yang masih bersandar dan tidur pulas di kursi belakang. Diam-diam aku berdoa untuk mereka. Doa seorang ibu untuk kebahagiaan anaknya. 

Jika waktunya telah tiba akan kusampaikan kepada mereka : "Meskipun kalian hidup di era serba digital, jangan berpacaran digital, Nak! Karena tidak ada pernikahan digital! Kenalilah calon istri atau suamimu dan juga keluarganya dengan sebaik-baiknya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun