"Jadi mereka pacaran secara senyap ya? Rame setelah celaka? Duh...", tanyaku.
"Ya begitu... ", sahut suamiku.
Dari informasi yang sampai ke suamiku, setelah 6 bulan mereka "pacaran digital" ini, mereka janjian kopi darat. Â Mereka bertemu berdua saja di kota Chery. Hanya 3 hari liburan bersama. Cerita selanjutnya bisa ditebak, Chery tidak mendapat menstruasi lagi setelah pertemuan itu. Orangtua keduanya tak ada yang tahu. Kedua orangtua Chery marah besar mengetahui Chery hamil. Semakin marah setelah tahu siapa pacarnya. Memang mereka sudah berumur dewasa, tapi siapa juga yang bisa jamin dewasa dalam berumah tangga?
Mendengar kisahnya, aku hanya bisa diam dengan seribu pertanyaan yang antri mengular di kepalaku. Kutahan untuk tak bertanya kepada suamiku. Kasihan... dia sudah lelah mengurusi masalah pelik ini.
Aku cuma merenung betapa kompleksnya mendidik anak sekarang. Media sosial bisa menjadi ceruk kehancuran jika tak digunakan dengan baik. Semua terlihat menjadi cantik dan tampan. Bahkan untaian kata di status bisa menyihir otak kita untuk menilai.
Aku jadi terbayang deretan foto di instagram. Cantik, tampan, bersih, mulus, senyum, tawa, bahagia, dewasa, dan seterusnya. Belum lagi tambahan caption, bisa quotes orang terkenal atau cerita keseharian.
Apakah sesuai dengan dunia nyata? Hmmm... kucoba melihat-lihat fotoku disana. Ya ampun, disana mukaku jadi mulus tanpa jerawat dan bintik hitam terkutuk ini! Oh, beginikah jahatnya dunia maya dan kamera modern?
Berlanjut kembali pikiranku, kubayangkan aku jadi Chery. Tiap hari membuka facebook dan instagram Rony. Disitu Rony tampak gagah berpose di puncak gunung, bersepeda dengan teman-temannya, rafting bersama di acara kantornya. Hmmm... bisa juga jatuh hati! Semakin sering melihat dan membaca caption atau status, bisa jadi seolah sudah bertemu dan mengenal untuk kemudian jatuh hati.
Sedangkan Rony, bisa jadi melihat Chery hampir tiap hari posting selfie dengan beauty cam. Belum lagi status-statusnya yang berupa quotes bijak, renungan-renungan, atau mungkin repost artikel masa depan yang bikin baper. Misalnya, artikel parenting kemudian ditambah caption : "semoga nanti bisa jadi ibu yang sabar dan baik". Asumsi susah dipisahkan dari dunia maya. Bisa jadi caption singkat itu membuat si pembaca menyimpulkan bahwa si perempuan keibuan.
Imajinasiku makin melebar, aku penasaran dengan jatuh cinta digital ini. Mungkinkah ini yang terjadi dengan Rony dan Chery? Rasanya campur aduk memikirkannya. Jatuh cinta digital ini tak perlu bertemu fisik. Namun tak bisa dihindari semua akan dominan dengan asumsi-asumsi. Tapi untuk gelora asmaranya bisa jadi sama. Bagaimanapun aku tak habis pikir. Setelah kopi darat mereka bisa langsung klik dan celaka.
"Halo... iya... saya sudah bilang ke Rony dan ibunya. Mereka bilang 2 minggu lagi akan melamar", kata suamiku di telepon. Sepertinya pihak keluarga Chery meminta konfirmasi.