"Mbak, pareng rumiyin. Maturnuwun sampun ngrepoti nggih, " pamit pak Narto dengan sopan.
"Inggih pak. Sami-sami. Ngatos-ngatos  wonten margi," sahut mbak Tinah dengan ramah.
Supri sudah selesai menghabiskan air putihnya. Kini gilirannya dia pamit. "Mbak Tinah, THANK YOU... THANK YOU... " ucapnya. Supri segera menuju ke mobil. Mbak Tinah tersenyum kecut, tak tahu harus menjawab apa meskipun ia tahu arti kata thank you. Sementara pak Narto sedikit menggelengkan kepalanya mendengar ucapan thank you--nya Supri.
***
Selesai mendengarkan cerita mba Tinah, Nora hanya bisa mengucap : "sabar... sabar... ". Dialihkan kejengkelannya dengan membuka media sosial. Membaca linimasa media sosial terkadang bisa menghibur hati. Hingga matanya tertuju pada status Kanthi : "Selamat ya, Pa dengan usaha barunya. Semoga sukses demi anak-anak kita!".
Nora geram bukan main melihat status dengan foto mobil pick up yang mengangkut barang dari workshop Sukasari. Beda berapa detik, muncul lagi unggahan foto dari Kanthi : sepeda motor baru lengkap dengan keterangan beli cash, no kredit! Nora terbelalak dengan keterangan itu, bertanya-tanya darimana Supri bisa beli motor cash dengan gajinya.Â
Akhirnya Nora ingat beberapa hari lalu dia menemukan selisih keuangan yang sama selama 3 bulan berturut-turut. Akhirnya Nora sadar dan menghela nafas sepanjang-panjangnya. "Duh Gusti... inikah ujian untuk pernikahan dan usahaku setelah 15 tahun berjalan?"
Cikarang, 3 April 2018
(RR)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H