Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Supri dan Kanthi

3 April 2018   18:00 Diperbarui: 4 April 2018   06:16 1329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bu, pak Supri kalau jam istirahat tidur. Kalau dibangunkan susah, " lapor Tarji kepada Nora pada saat menerima gaji.

"Bu, hasil las pak Supri kurang rapi. Kita selalu dikomplain customer. Mungkin sebaiknya belajar dulu sama Banu yang sudah jago, " kata pak Marno dengan sabar.

Nora menjadi semakin pusing dengan laporan-laporan itu. Sehari-hari Supri berlagak mandor di proyek-proyek kakaknya. Laporan tentang Supri makin menjadi dan runyam. Jika laporan itu diceritakan ke suaminya, yang terjadi adalah pertengkaran. Suami Nora selalu membela adiknya. Nora menghela nafas panjang. "15 tahun menikah... akhirnya datang juga masa percekcokan suami-istri. Sabar-sabar..., " hiburnya dalam hati.

Nora terhanyut dalam lamunan di meja teras depan rumah. Tiba-tiba dering telepon membangunkan lamunannya.

"Halo, bu... " sapa perempuan di seberang.

"Halo mba Tinah... kok tumben sampeyan telepon siang-siang?"

"Anu bu... aduh, kula kepingkel-pingkel niki wau, " mba Tinah membuka cerita. Nora terkesiap, antara kaget tapi juga ingin mengumpat. Bagaimana tidak geregetan, mbak Tinah -- orang kepercayaannya  di workshop desa Sukasari -- bercerita tentang kelakuan Supri.


***
Siang itu Supri bersama sopir Nora, pak Narto, harus mengambil barang di workshop Sukasari. Seperti biasa, mbak Tinah menyambut ramah siapa saja yang datang ke workshop. Sesuai pesan Nora, karyawan sebaiknya disiapkan makanan dan minuman. Seringnya kopi tubruk dan penganan kecil seperti gorengan. Setidaknya jauh-jauh datang ke desa, mereka tetap semangat dengan diperlakukan seperti itu. Toh di desa semua serba ada karena mengambil dari kebun sendiri.

Siang itu mbak Tinah menyuguhkan kopi, pisang goreng, dan makanan besar berupa nasi, sayur lodeh, dan mujair goreng. Supri dan  pak Narto makan bersama-sama. Berbeda dengan Pak Narto yang makan sewajarnya, Supri kalap menghabiskan nasi sebakul dan sayur yang ada. Mbak Tinah terperanjat ketika membereskan piring dan perkakas di meja makan. Tak tersisa 1 butir nasi pun di bakul. Begitu pula dengan mujair gorengnya. Mbak Tinah dibuat heran seheran-herannya.

"Kok ini kayak sudah bertahun-tahun tidak makan ini, " gumamnya sembari mengangkat piring-piring menuju ke dapur. Tak lama setelah itu, pak Narto dan Supri mengangkut barang-barang hasil workshop yang harus dibawa ke proyek. Supri berkeringat. Sebelum berangkat, mbak Tinah menyodorkan air putih yang ada di teko.

"Aku sudah biasa mbak kerja kayak gini. Aku ini pekerja keras. Maklumlah kalau kalau ngomong agak kasar-kasar sedikit. Sudah terbiasa aku, " jelas Supri kepada mbak Tinah. Pak Narto pura-pura tidak mendengar kata-kata Supri. Setelah beres, Pak Narto segera berpamitan kepada mbak Tinah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun