Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Supri dan Kanthi

3 April 2018   18:00 Diperbarui: 4 April 2018   06:16 1329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beruntung Supri dan istrinya, anak-anaknya semua anteng di pesawat. Tiba di bandara pulau Jawa, Supri makin bergaya petentang-petenteng merasa paling ganteng sepulau Jawa. Cara bicaranya sudah berganti logat. Bukan lagi bahasa Jawa yang alus. Orangtuanya sudah tahu dari suara ketika telpon-menelpon selama ini. Tapi mau bagaimana lagi memang itu gaya Supri.

***

Hidup di pulau Jawa adalah surga bagi Supri dan keluarganya. Beruntung kakak Supri adalah pengusaha yang cukup sukses. Untuk sementara, Supri membantu usaha kakaknya. Sebenarnya kakaknya tidak begitu sreg dengan gaya Supri yang kemaki dan jumawa. Tapi apalah arti persaudaraan ketika mempermasalahkan hal kecil. Toh Supri sudah kepala 4, sudah dewasa, begitu pikir kakaknya. 

Lain halnya dengan Nora, istri kakak Supri -- alias kakak ipar Supri. Nora dibuatnya jengkel hingga Supri dijuluki wong alas karena sikapnya tak ubah seperti orang yang baru keluar dari hutan tanpa punya tata krama. Seringkali Supri mengambil kunci mobil kakaknya untuk dipinjam jalan-jalan. Sebenarnya tidak ada masalah karena mobil kakaknya ada beberapa. Yang bikin kesal karena Supri membawa mobil tersebut  untuk plesir kesana-sini seolah mobilnya sendiri. Tentu saja tidak mengisi bensin.

Tiap akhir pekan plesir kemana-mana bersama Kanthi dan anak-anaknya. Tak lupa foto-foto liburan, mereka unggah ke media sosial. Supri ingin terlihat "sukses" dari foto-foto tersebut. Rumah kontrakannya juga difoto dari berbagai sisi dan dipajang di media sosial. Banyaknya like dan comment dari teman-temannya membuat Supri makin jumawa. Tak peduli rumah itu sebenarnya hanya kontrak. Begitu juga dengan mobil pinjaman. Yang terpenting eksis di belakang kemudi dengan kacamata hitam.

Kanthi juga melakukan hal serupa. Mengunggah banyak foto dirinya di media sosial. Kanthi yang masih muda tak mau kalah kekinian bak selebgram ibukota dengan baju brand kw yang dibeli pasar tumpah. Dia selalu hadir di acara reuni teman sekolah. Meski di luar kota, dijabanin datang jauh-jauh. Tentu saja Supri selalu mengantarnya dengan mobil kakaknya.

Hari ke hari, minggu berlalu, bulan berganti, Nora semakin kesal dibuat karena kelakukan Supri dan Kanthi. Mereka berdua tidak bisa ditegur baik-baik. Sedikit-sedikit tulis status di media sosial. Kanthi lebih sering mencomot ayat-ayat dari kitab suci. Ayat-ayat tersebut suci, tapi maksud tak baik dari Kanthi telah menodainya. Kanthi selalu bermaksud menyindir Nora melalu ayat-ayat tersebut. Dari masalah pelit, pengampunan, kasih, dan masih banyak lagi.

Nora hanya bisa terdiam melihat kelakuan Kanthi dan Supri. Sementara kakak Supri sendiri hanya bisa menutupi kelakuan adiknya. Semua karyawan kakaknya tahu Supri banyak gaya. Tapi apa mau dikata bagaimanapun Supri adalah adik bos mereka.

"Aku mau buat sukses kakak aku. Orang lain saja aku buat sukses, masa kakak aku tidak?" katanya kepada semua orang. Nora tersenyum kecut dan merutuk dalam hati. "Bagaimana buat sukses, wong usaha ini sudah jalan. Jadi beban itu yang benar kali!" kata Nora dalam hati.

Kanthi merasa Nora membatasi pemakaian mobil. Segera Kanthi mengutip ayat Amsal dan ditulisnya status di dinding media sosialnya  : "Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui ia akan mengalami kekurangan". Status-menstatus Kanthi dilakukan tiap waktu. Sehari bisa satu pasal alkitab. Semua sesuai perasaan dan kemauan untuk menyindir sekaligus menghakimi sikap orang lain, terutama Nora.

Nora dan suaminya hanya bisa mengelus dada. Beberapa karyawan ada yang memberanikan diri bercerita kepada Nora tentang kerja Supri. Dengan hati-hati dan waspada tentu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun