Mohon tunggu...
Muhammad Malindo
Muhammad Malindo Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Kata

Suka kopi, kata, musik, rindu, dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Luka Ibu

23 Juni 2024   08:36 Diperbarui: 23 Juni 2024   08:37 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Helaian demi helaian rumput memerah.

Luka di kaki. 

Perihnya sudah sampai di palung dada.

 Sambil membungkuk ibu berjalan.

Sambil berjalan ibu membungkuk.

Di wajahnya tertoreh senyum.

Seperti ingin mengajak musim bergurau. 

Angin membelah hutan belukar.

Semua yang tampak seperti berputar-putar.

Gemetar tangan ibu meraba-raba junjungannya.

Sengaja ia lupa prihal jarak.

Jalan masih berkilo ditempuh.

Tapi yang jauh mesti diasuh menjadi kasih.

Yang malang harus ditantang menjadi sayang.

Sambil membungkuk ibu terus melangkah.

Sambil melangkah ibu terus membungkuk.

Luka di kaki. Darahnya kering di perjalanan.

Perihnya naik sampai ke ubun-ubun.

Mekko 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun