Di kemenpora ada program untuk mensupport kewirausahaan pesantren, baik lembaganya atau santrinya. Walau bantuan dana tidak besar. Program ini sudah dua tahun berjalan.
Apakah Kemenpora bisa melihat pola dari keberhasilan kewirausahaan di pesantren?
Tentu saja keberhasilan dari masing-masing pesantren berbeda-beda. Ada yang berhasil banget sampai menjadi korporasi. Ada satu pesantren yang memiliki tiga bidang usaha, Â sehingga dari kegiatan wirausaha itu, mandirinya luar biasa.Â
Fully one hundred percent, seluruhnya mandiri aktivitas belajar mengajar fully funded by usaha enterpreneurship. Banyak pesantren-pesantren seperti itu, seperti pesanten Sunan Drajat, Ittifaqiyah, Gontor, Sidogiri. Mereka adalah pesantren-pesantren yang memiliki bisnis untuk mem-back up kegiatan mereka sendiri.
Ada juga pesantren yang kecil belum kuat untuk berwirausaha, namun mereka memiliki antusias untuk mandiri dan menjadi enterpreneur. Semangat mereka luar biasa untuk belajar. Mereka tidak berorientasi pada output tapi tetap melatih para santri untuk mandiri dengan berwirausaha. Belajar menanam pertanian, buka warung dan lain-lain.
Mereka melakukan itu semua untuk kebutuhan sendiri sambil melatih kemandirian dan kewirausahaan. Contoh saja, pesantren Darunnajah di Jakarta dan Bogor, mereka punya lahan pertanian dan bisnis, mereka juga memiliki program-program untuk menumbuhkan kewirausahaan para santri.Â
Ada expo tiap tahun, ada lomba kuliner, pameran berbagai hal. Itu menjadi bagian dari upaya menumbuhkan kewirausahaan. Proses tetap berjalan, untuk mendapatkan output yang besar ini tergantung resources dan network.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H