Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menyelenggarakan kegiatan pesantrenpreneur yang bertujuan menggalakkan program kewirausahaan di kalangan pesantren dan santri. Sejumlah pesantren ada yang telah berhasil menjalankan kemandirian usaha dan sebagian masih harus menapaki perjalanan yang terjal.Â
Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda Kemenpora, Drs. Imam Gunawan MAP, memberikan komentarnya terkait masalah ini dalam wawancara yang dilakukan tim internal Kemenpora. Berikut wawancaranya
Ada model pesantren yang menjadi inkubator program Kemenpora ini?
Saat ini cukup banyak juga pesantren yang menjalankan fungsi inkubasi bisnis baik untuk kepentingan pesantren atau masyarakat. Di Bandung Selatan, ada pesantren al Ittifaqiyah mereka fokus pada agrobisnis. Di situ sudah bagus, kemudian mereka sudah memiliki standard kualitas yang baik. Dari proses ini, para santri belajar bagaimana mengelola agrobisnis itu dan juga bagaimana mengelola tim marketing nya.Â
Belakangan juga ada pesantren-pesantren di Jawa Timur seperti Pesantren Sunan Drajat, dari sisi lembaga sudah seperti korporasi sudah memiliki aktivitas bisnis yang luar biasa, yang mampu meng-create wirausaha besar. Sehingga mampu menghidupi biaya pendidikan di pesantren melalui bisnis yang mereka kelola. Di Pesantren Sunan Drajat ini, sampai ada yang mengelola bisnis pertambangan karena pengembangan bisnisnya bagus.
Bagaimana hubungan pesantren yang berhasil dan tidak berhasil ke Kemenpora?
Pada intinya, kita dari Kemenpora ingin memperbanyak lembaga-lembaga yang menumbuhkan kewirausahaan, salah satunya adalah pesantren. Lembaga-lembaga inkubator lainnya juga ada, nah di antara pesantren-pesantren yang maju berkembang di bidang kewirausahaan, ada kalanya terhubung ke Kemenpora, ada juga terhubung dengan Kementerian lain. Mereka sudah berkolaborasi dan berkoordinasi.
![Foto Istimewa Kemenpora](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/07/25/7-5b580b6f6ddcae7fab4d2212.jpg?t=o&v=770)
Kami ingin memperbanyak sebanyak mungkin pesantren-pesantren yang lebih care lagi untuk membuat program-program sistematis berkaitan dengan kewirausahaan bagi kalangan pesantrennya maupun santrinya.Â
Bagi lembaga pesantren juga iya, bagi santrinya juga iya. Bagi lembaga pesantren, jika kewirausahaannya berkembang pesat, maka dia mampu men-generate income. Dengan income yang banyak  itu, mereka mampu menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas, pesantren tidak perlu tergantung dengan iuran sumbangan orang tua dsb.
Tetapi lembaga pesantren itu mampu membiayai dengan bisnis wirausaha yang dijalankannya tersebut. Itu harapan kami, pesantren mampu mengembangkan kewirausahaan bagi lembaganya, dan juga mengembangkan jiwa-jiwa enterpreneurship bagi kalangan santri.
Di kemenpora ada program untuk mensupport kewirausahaan pesantren, baik lembaganya atau santrinya. Walau bantuan dana tidak besar. Program ini sudah dua tahun berjalan.
Apakah Kemenpora bisa melihat pola dari keberhasilan kewirausahaan di pesantren?
Tentu saja keberhasilan dari masing-masing pesantren berbeda-beda. Ada yang berhasil banget sampai menjadi korporasi. Ada satu pesantren yang memiliki tiga bidang usaha, Â sehingga dari kegiatan wirausaha itu, mandirinya luar biasa.Â
Fully one hundred percent, seluruhnya mandiri aktivitas belajar mengajar fully funded by usaha enterpreneurship. Banyak pesantren-pesantren seperti itu, seperti pesanten Sunan Drajat, Ittifaqiyah, Gontor, Sidogiri. Mereka adalah pesantren-pesantren yang memiliki bisnis untuk mem-back up kegiatan mereka sendiri.
![Foto Istimewa Kemenpora](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/07/25/4-5b580bea6ddcae7852254ab7.jpg?t=o&v=770)
Ada juga pesantren yang kecil belum kuat untuk berwirausaha, namun mereka memiliki antusias untuk mandiri dan menjadi enterpreneur. Semangat mereka luar biasa untuk belajar. Mereka tidak berorientasi pada output tapi tetap melatih para santri untuk mandiri dengan berwirausaha. Belajar menanam pertanian, buka warung dan lain-lain.
Mereka melakukan itu semua untuk kebutuhan sendiri sambil melatih kemandirian dan kewirausahaan. Contoh saja, pesantren Darunnajah di Jakarta dan Bogor, mereka punya lahan pertanian dan bisnis, mereka juga memiliki program-program untuk menumbuhkan kewirausahaan para santri.Â
Ada expo tiap tahun, ada lomba kuliner, pameran berbagai hal. Itu menjadi bagian dari upaya menumbuhkan kewirausahaan. Proses tetap berjalan, untuk mendapatkan output yang besar ini tergantung resources dan network.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI