Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pelihara Ikan Nila, Irit di Awal Bulan, Tetap Bergizi di Akhirnya

17 Juni 2024   20:46 Diperbarui: 18 Juni 2024   07:38 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memelihara ikan nila dipekarangan dapat meningkat derajat ekonomi dan gizi keluarga (Gambar : agrozine.id)

Mencari penghasilan tambahan dari pekarangan rumah sungguh amat baik, daripada membiarkannya tanpa manfaat.

Suatu ketika ibunya anak-anak bingung dipakai membeli apa ketika sisa uang bulanan tinggal sedikit. Sampai-sampai sempat berpikir dua kali ketika jatah untuk membeli ikan atau daging sudah tidak ada lagi.

Di saat kegalauan tersebut tiba-tiba kami ingat masih punya peliharaan di belakang rumah. Ada beberapa petak kolam yang kami isi dengan jenis ikan yang bisa berkembang biak sendiri, yaitu ikan nila dan juga ikan pembesaran berupa ikan gurami.

Dari beberapa kolam itu tentu nilainya tidak besar jika mau dibudidayakan untuk dijual ke konsumen, namun karena niat kami untuk kebutuhan konsumsi sendiri, ketika hasilnya berlebih maka sisanya bisa dijual atau disedekahkan ke tetangga.

Bergaji bulanan bukan berarti bebas merdeka

Banyak orang yang mengira bahwa orang-orang yang bergaji bulanan alias pegawai itu hidupnya serba bebas. Bisa membeli apa saja, dan bisa jalan-jalan ke mana mereka suka. Padahal kenyataannya, mereka yang bergaji bulanan tidak semua bisa dirasakan dan dinikmati. Sebab semua akan berbenturan dengan kebutuhan pokok yang terus ada.

Bukan hanya masalah sandang, pangan dan papan, karena ketika sudah memiliki anak-anak dan usia menginjak usia sekolah, maka dari sana seluruh biaya sudah harus dipikirkan. Bahkan kadang untuk kebutuhan bulanan saja dapat dibilang minim, sedangkan untuk mencukupi atau biaya lainnya dengan usaha lain, seperti salah satunya menulis di Kompasiana. Meskipun beberapa tahun ke belakang tulisanku sangat sedikit pembacanya. Jadi tidak mungkin berharap dapat tambahan penghasilan dari blog ini, dapat pembaca saja sudah horor, hehe.

Kembali pada urusan kantung celana yang harus tetap terisi dan kebutuhan pokok serta pendidikan anak jangan sampai terlunta-lunta karena ketiadaan biaya, maka kami mempunya inisiatif memelihara ikan yang cukup sekali tebar bibit, terus panen sepanjang tahun. Nah, kami pun memelihara ikan Nila yang notabene hewan ramah lingkungan, tahan segala medan dan cuaca serta bisa berkembang biak secara mandiri. 

Mengapa demikian? Karena sepanjang saya memelihara ikan Nila ini, semenjak memperolehnya dari Balai Benih Ikan Kota Metro, sampai saat ini benih yang kami butuhkan tidak pernah membeli lagi. Paling-paling bibit gurami yang belum bisa kami kembangkan secara mandiri. Mudah-mudahan suatu saat bisa mengembangkan bibit dan tak perlu lagi membeli. Aamiin.

Berawal dari gaji yang pas-pasan, dan keinginan untuk memenuhi gizi keluarga

Berawal dari kalau akhir bulan selalu empot-empotan mengatur keuangan, pada akhirnya kami sepakat untuk memiliki peliharaan di pekarangan rumah. Dengan sisa pekarangan selebar +- 150 m2 di belakang rumah, awalnya kami isi dengan box ayam, ada beberapa ayam buras yang dapat memenuhi kebutuhan protein serta menambah uang belanja dapur. 

Ayam-ayam itu cukup sehat, tapi karena berseberangan dengan kolam ikan dan sebelumnya tidak ditutup atau dijaring lantaran diliarkan di dalam pekarangan, ayam itu pun ada yang tenggelam dan mati. Dan akhir dari usaha ayam buras itu akhirnya pupus karena semua ayam yang dipelihara terkena serangan penyakit. Semua ayam di rumah dan milik tetangga harus meregang nyawa.

Rasa sedih dan kecewa tentu tidak dapat dihindari, namun kami menyadari bahwa setiap usaha pasti ada ujian dan halangannya. 

Setelah rasa kecewa itu, sementara kami memutuskan untuk menjadikan kandang itu sebagai tempat barang-barang bekas, dan sisanya kami tanami terong untuk kebutuhan sayuran sehari-hari. Bukan hanya terong, karena di pekarangan sempit itu menanam cabai dan sebagainya. Pokoknya untuk kebutuhan sayuran sehari-hari tidak pernah kurang bahkan tetangga kadang kebagian. 

Nah, kembali ke peliharaan ikan, ikan nila dan gurami kami pelihara bukan untuk dijual. Meskipun kadang punya niat dijual, tapi kalau di akhir bulan kami kekurangan support untuk membeli lauk yang berprotein, maka kami putuskan untuk membiarkan nila itu tetap membesar di dalam kolam. Nah ketika mereka sudah berumur 8 bulan, bisa diambil dan dikonsumsi.

Dan kami merasa senang punya peliharaan di pekarangan, karena kalau kedatangan tamu, kami punya sesuatu yang bisa dijadikan lauk untuk disuguhkan.

Dalam hati alhamdulillah ternyata meskipun penghasilan mencukupi dan pas-pasan, yang penting masih dapat menikmati ikan yang kalau beli di pasar harganya cukup mahal. Sekitar 30.000-35.000 per kilo. Jika dibandingkan dengan membeli di pasar tentu lebih hemat kalau memelihara sendiri. Pakan juga dibantu dengan daun-daunan dan sisa nasi di dapur juga mereka masih doyan.

Apalagi kalau keluarga kami termasuk keluarga yang sangat menyukai lauk jenis ikan, baik ikan laut maupun ikan air tawar. Makanya dengan kemauan untuk menyediakan kebutuhan gizi keluarga, punya peliharaan adalah solusi yang sangat tepat.

Memilih berternak Nila dan Gurami daripada Lele dan Patin

Punya kolam ikan tentu memiliki banyak pengalaman menarik. Di antaranya adalah pernah membudidayakan lele dan patin. Awalnya kami optimis karena bibitnya murah dan pemeliharaannya lebih cepat. Jika memelihara lele cukup 3 bulan sudah bisa dipanen, untuk nilai bisa 8 bulan lebih baru bisa dipanen. Begitu pula patin 8 bulan baru bisa panen jika pakannya mencukupi, tapi jika pakannya kurang baik ya ikan susah berkembang. 

Meskipun memelihara nila, dan gurami relatif lama, memelihara dua hewan ini cukup mudah karena bisa dibantu dengan pakan dari tumbuh-tumbuhan. Sebut saja daun talas, daun ubi kayu dan daun pepaya bisa dijadikan makanan tambahan bagi ikan-ikan selain makanan produksi pabrik (pelet).

Makanan pabrik menjadi makanan pokok yang sehari tiga kali kami berikan, sedangkan daun-daunan untuk menambah pemenuhan gizi bagi ikan-ikan tersebut.

Untuk ikan lele, meskipun masa tebar sampai panen hanya 3 bulan, untuk kebutuhan pakan juga tinggi dan risiko ikan-ikan akan saling memakan lantaran lele termasuk ikan predator dan kanibal. Jika tidak lekas diseleksi maka ikan-ikan yang lebih kecil akan menjadi santapan ikan yang lebih besar.

Beberapa kali mencoba memelihara untuk kebutuhan sendiri atau dijual, hasilnya selalu minus. Pakan ikan yang tinggi tidak sebanding dengan hasil panennya.  Hal itu bukan kami saja yang merasakan, karena peternak lainnya juga mengalami hal yang sama. Bagaimana tidak rugi, harga lele konsumsi paling 20 ribuan, sedangkan pakannya bisa sampai 15 ribu. Itupun harus diseleksi, kalau tidak diseleksi ikan akan habis dan tersisa yang paling besar.

Tapi bagi kami, apa pun pekerjaan kita, memiliki peliharaan di rumah tentu menjadi tambahan uang belanja dapur dan tentu saja tambahan pemenuhan gizi keluarga.

Saya ingat pesan bu Sri Mulyani, jika kita punya pekarangan, jangan biarkan tidak dimanfaatkan, tapi manfaatkanlah untuk hal-hal yang produktif, karena itu sangat menguntungkan. 

Salam

Metro, 17/06/2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun