Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Program CIBUSA (Cinta Buah dan Sayuran) di Sekolah, Bagaimana Penerapannya?

4 Juni 2024   06:44 Diperbarui: 6 Juni 2024   06:38 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat" (Mensana in corporesano)

Beberapa waktu yang lalu kami melakukan sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan program CIBUSA (Cinta Buah dan Sayuran) di SLB Negeri Metro. 

Kegiatan tersebut adalah sebagai penerapan dari program atau praktik dari kegiatan Pendidikan Guru Penggerak. Esensinya adalah apakah para CGP tersebut bisa menerapkan kepemimpinan di sekolah dan membuat perencanaan pengembangannya berbasis kepemimpinan murid. Yang mana murid menjadi sosok yang turut terlibat dalam setiap program yang ada di sekolah, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.

Calon guru penggerak semestinya bisa menerapkan kepemimpinan yang berorientasi memberdayakan aset-aset yang dimiliki sekolah. Kita mengenal ada tujuh Aset modal yang semestinya bisa mendukung dan mendorong bagi pemenuhan kebutuhan pengembangan sekolah menjadi lebih baik dan berkelanjutan.

Notabene kegiatan tersebut adalah kegiatan yang semestinya bukan hanya ranah rencana dan hanya sekali gebrakan, akan tetapi semestinya menjadi program prioritas yang didukung oleh semua warga sekolah. Bahkan semua warga masyarakat di lingkungan sekolah, stake holder dan orang-orang yang mempunyai kepentingan terhadap derajat kesehatan betul-betul concern terhadap program kesehatan bagi masyarakat, khususnya anak-anak berkebutuhan khusus.

Program tersebut kami rencanakan dengan melibatkan seluruh elemen sekolah, yaitu dengan mendengarkan suara-suara (voice) pilihan-pilihan (choice) dan kepemilikan siswa (ownership). Kemudian berawal dari perencanaan tersebut kegiatan program kesehatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus itu menjadi program wajib di sekolah, pada perencanaan dan pelaksanaannya menyatu dengan kegiatan kepramukaan.

Dengan ketiga elemen kepemimpinan murid ini sejatinya sekolah berusaha menempatkan setiap bagian kecil dari sekolah tersebut menjadi pihak yang memiliki kesempatan untuk ikut serta dalam pengembangan sekolah.

Terlepas dari kegiatan yang merupakan manifestasi dari kepemimpinan murid dan kepemimpinan sekolah yang melibatkan seluruh elemen yang ada yaitu aset-aset yang memang dimiliki sekolah, yaitu: (1) aset modal manusia, (2) modal sosial, (3, modal fisik, (4) modal lingkungan/alam, (5) modal finansial, (6) modal politik, dan (7) modal agama dan budaya. Ibarat sebuah ekosistem kecil, ketujuh aset modal itu dapat menggerakkan roda pendidikan di sekolah dan tentu saja bagi pendidikan di sebuah negara, khususnya Indonesia.

Hal tersebut tentulah menjadi sebuah kebanggaan dan keyakinan bahwa dengan mengoptimalkan ketujuh aset modal di sekolah tersebut, sekolah akan terus maju dan bergerak mengembangkan generasi-generasi pembangunan yang nantinya akan meneruskan tali estafet kepemimpinan di negeri ini. Bagi anak-anak berkebutuhan khusus paling tidak dapat menerapkannya bagi dirinya sendiri dan lingkungan di sekitarnya.

Lalu, apa yang menjadi persoalan ketika sekolah telah memiliki semua 7 modal tersebut? Tentu harapannya adalah ketujuh modal tersebut dapat pula mendukung roda keberlangsungan pendidikan di sekolah tersebut. 

Nah, seperti apa yang telah di paparkan di awal tulisan ini, bahwa program CIBUSA (Cinta Buah dan Sayuran) sejatinya bukan hanya program yang remeh temeh, mengapa? Karena hakikatnya program tersebut akan dan telah melibatkan seluruh elemen di sekolah dan masyarakat. 

Bagaimana tidak? ketika dalam perencanaan saja melibatkan murid-murid, kepala sekolah dan guru-guru dan tenaga kependidikannya, komite sekolah beserta wali muridnya dan institusi yang memang secara tidak langsung bersinggungan dengan masalah kesehatan anak-anak dan masyarakat.

Bagaimana guru dan semua warga sekolah bahu membahu mendukung dilaksanakannya pemenuhan gizi anak sekolah, serta bagaimana masyarakat juga menjadi bagian pemenuhan sumber gizi tersebut, seperti para petani buah dan sayur-sayuran tentu keberadaan mereka juga akan lebih terbantu. Bahkan jika skalanya besar dan setiap sekolah menyelenggarakan program kesehatan bagi murid-murid dan seluruh warga sekolah, tentu semua petani akan merasakan dampak keterlibatan mereka. Anggap saja hasil panen mereka akan lebih tersalurkan dengan cepat. Masyarakat yang semula begitu enggan menikmati buah dan sayuran, karena kebutuhan produk tersebut meningkat, maka kesejahteraan petani juga akan semakin baik.

Bahkan jika CIBUSA tidak hanya tentang buah dan sayuran, akan tetapi juga kebutuhan protein bagi anak-anak, maka para peternak pun akan semakin merasakan stabilitas nilai-nilai penjualan dari sektor perikanan dan peternakan yang ada di masyarakat.

Itulah idealnya mengapa program CIBUSA atau program-program kesehatan bagi masyarakat perlu kita dukung dan bahkan perlu kita bantu agar berjalan efektif dan efisien dan tentu saja tepat guna dan bermanfaat bagi semua.

Ada beberapa keuntungan apabila program CIBUSA itu dapat terus digalakkan.

Pertama, anak-anak akan terbiasa menikmati buah-buahan dan sayuran yang secara alamiah memiliki kandungan gizi berupa vitamin dan mineral serta serat yang amat dibutukan tubuh. Hal tersebut jika pemilihan produk dan penyajiannya tepat tentu akan berdampak signifikan bagi kesehatan masyarakat secara berkepanjangan. Bahkan ini sejatinya adalah salah satu pengejawantahan Prognas terkait pemenuhan gizi keluarga yang tentu saja melibatkan kementerian kesehatan, kementerian sosial dan tentu kementerian pendidikan sebagai ujung tombak dari pelaksanaan program gizi bagi anak-anak ini.

Jika awalnya anak-anak kurang begitu menyukai buah-buahan dan sayuran dan lebih memilih makanan fast food, tentu ini akan berdampak baik bagi peningkatan kesehatan mereka.

Kedua, Keluarga (wali murid) akan lebih memilih makanan sehat daripada makanan-makanan cepat saji yang secara medis sangat tidak baik bagi kesehatan jika dikonsumsi secara terus menerus dan berlebih-lebihan.

Dengan program CIBUSA sejatinya membangunkan kesadaran bagi masyarakat, selayaknya masyarakat memahami bahwa makanan sehat akan berdampak sehat pula bagi kesehatan masyarakat. Karena jika kesadaran itu bangun kembali, mereka akan lebih selektif dalam memilih makanan-makanan yang bermutu baik dan sehat bagi keluarganya.

Ketiga, mendukung peningkatan kesejahteraan petani. Hal ini tentu akan sangat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para petani. Yakni adanya siklus produk hasil pertanian yang lebih konsisten dan berkesinambungan akan semakin menggiatkan usaha para petani dalam berbudi daya. 

Bayangkan saja ketika para petani sudah terikat erat dengan program sekolah, maka akan lebih banyak hasil pertanian yang terserap dalam dunia kesehatan. Produk mereka akan lebih terserap pasar dan tentu semakin berkurang pula  beberapa produk yang terbuang  dan membusuk oleh karena tidak lekas laku di pasaran.

Keempat, adanya sinergitas antara manajemen sekolah dan lingkungan masyarakat serta institusi yang terlibat.

Jika program CIBUSA dan program-program yang lain terkait pemenuhan gizi anak-anak ini konsisten dijalankan, tentu saja keterlibatan sekolah sebagai institusi pendidikan dan institusi lain serta masyarakat akan semakin baik. Dari sinilah pembangunan kesehatan masyarakat akan semakin mudah dilaksanakan. 

Jika keberadaan sekolah sebagai institusi pendidikan mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat serta institusi lain yang berkepentingan tentu akselerasi kesehatan masyarakat akan semakin baik dan terus berkembang.

Hal tersebut adalah sebuah program yang telah terlaksana dan hakekatnya seharusnya bukan hanya gertak sambal atau hangat-hangat tahi ayam, akan tetapi merupakan program yang menjadi prioritas di sekolah, masyarakat bahkan program pemerintah pusat dengan seluruh elemen institusi di dalamnya.

Pendidikan semestinya selalu berprinsip bahwa pendidikan itu berpusat dan berpihak pada murid. Murid adalah individu yang selalu menjadi prioritas yang sejatinya pula mesti didukung oleh semua pihak yang ada di dalamnya, yang tentu saja prinsip kolaboratif dan akuntabilitas harus tetap terapkan dengan semestinya.

Salam

Metro, 04/06/2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun