Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tidak Salah Mengenalkan (Lagi) Mainan Tradisional (Wayang)

27 Oktober 2020   19:53 Diperbarui: 30 Oktober 2020   04:05 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenalkan permainan wayang-wayangan pada anak-anak (dokumen pribadi)

Dunia saat ini sungguh berkembang begitu pesat. Seakan-akan kemajuannya melampaui kemampuan akal manusia pada umumnya. Banyak hal yang masyarakat awam seperti kami, begitu tergagap-gagap dengan kemajuan di segala lini kehidupan.

Di antara kemajuan tersebut adalah teknologi yang juga menghadirkan beragam aplikasi permainan yang seolah-olah menghinoptis penggunanya. Tidak hanya kalangan anak-anak, karena orang dewasa pun seperti larut dalam gemerlapnya kemajuan teknologi abad ini.

Salah satu permainan yang turut terimbas teknologi adalah permainan wayang-wayangan. Di mana permainan ini dimainkan dengan menggunakan media wayang dari benda yang lazim anak-anak desa gunakan. Ialah tangkai daun singkong. Yang seperti tenggelam dalam magnit kemajuan teknologi yang begitu sangat dinamis.

Berbicara tentang permainan wayang-wayangan, merupakan salah satu jenis permainan yang di era '80-90an masih sangat menarik. Hal tersebut terjadi karena memang permainan itu masih terus diwariskan oleh para pendahulunya. 

Seperti kami di usia kanak-kanak, wayang-wayangan ini diajarkan kepada kami agar kami tetap mau memainkan permainan tradisional ini. Namun, apakah di zaman '80-90 an tersebut belum ada permainan yang lebih modern? Jawabannya tentu sudah ada. 

Saya ingat ketika masih duduk di bangku kelas IV sekolah dasar, di belakang sekolah selalu saja mangkal seorang pria yang menyediakan jasa penyewaan gimbot, kebanyakan gim-gim itu buatan Jepang.  

Gimbot tersebut dimainkan dengan jasa sewa 500 rupiah (kalau tidak keliru) untuk sekali main. Dan si mamang (kami menyebutnya) selalu standby di belakang sekolah dengan membawa beberapa gimbot tersebut. 

Nah, karena gimbot sudah termasuk jenis gim yang memang bagus, maka kami harus rela menyewa permainan meskipun mengabiskan uang jajan.

Betapa permainan modern sudah sangat mencuri perhatian anak-anak kala itu. Kini apalagi, hampir setiap  detik kita disuguhi dengan permainan modern dengan beragam platform, merek dan pola permainannya. Dari yang simpel sampai yang sulit pun ada.

Inilah kenapa sampai saat ini, permainan tradisional seperti tidak menarik lagi bagi anak-anak. Apalagi dalam gadget yang kita miliki, setiap hari ada saja jenis permainan baru yang didesain ala-ala permainan tradisional. 

Kalau dulu bermain itu memfungsikan semua sistem kerja syaraf tubuh kita, sedangkan saat ini yang banyak digunakan adalah tangan, mata,  dan otak kita. Ada pula yang seluruh tubuh namun tetap saja kita tidak menyentuhnya secara langsung.

Mengembalikan kecintaan mainan tradisional wayang-wayangan

Apa yang membuat saya tertarik untuk mencoba memperkenalkan kembali permainan tradisional tersebut? Apakah penting dan seberapa besar manfaatnya bagi anak-anak? Dan apa kendalanya?

Yang menjadi ketertarikan saya memperkenalkan permainan tradisional ini adalah agar khasanah budaya dan kekayaan tradisional tidak hilang di telan zaman. Bagaimana mereka bisa mengenal dan mau memainkannya untuk mengingat kembali permainan yang sederhana tersebut.

Di satu sisi permainan tersebut amat sederhana, di lain pihak melatih perkembangan kreativitas anak-anak di masa kini. Yang kita tahu bahwa saat ini terlalu banyak permainan instant yang membelenggu kreativitas anak-anak kita.

Bagaimana permainan-permainan yang menyenangkan bersama-sama dengan alam dan teman-teman yang banyak itu tiba-tiba hilang ditelan zaman, ketika semua jenis permainan modern tersebut lahir.

Padahal,  tidak salahnya mereka tetap mau memainkan permainan tradisional sekaligus mengenalkan salah satu kesenian nusantara, yaitu wayang.

Apakah penting dan seberapa besar manfaat bagi anak-anak? 

Menurut ilmuan, bahwa jenis permainan yang melibatkan anggota tubuh adalah bermanfaat bagi perkembangan fisik dan motorik seseorang. 

Bagaimana di usia anak-anak itu mereka bisa mencintai alam dengan mengenal beragam tanam-tanaman, contohnya singkong, mencakup mengenal daun singkong, warna daun yang sudah tua dan menghitung berapa jumlah tangkai yang harus digunakan. 

Belum lagi gerakan tangan yang membutuhkan konsentrasi tentu melibatkan jasa syaraf motorik halus dan kasar.

Dengan mengenal jenis tanaman, warna daun, tua atau muda, bagaimana membuatnya dan bagaimana memainkannya adalah kekayaan pengetahuan yang akan memperkaya pemahaman siswa pada banyak hal.

Apalagi pembelajaran yang tepat tidak harus (bahkan tidak boleh) selalu di dalam kelas dengan perangkat teori yang membosankan. Atau dengan perangkat teknologi digital yang bisa merusak mata dan otak manusia yang pancaran radiasinya cukup besar.

Memang sih, jika dilihat dari bahannya, semua orang akan mengatakan kuno, ndusun atau ndeso dan ketinggalan zaman. Padahal kehebatan anak-anak di masa depan tidak melulu diajarkan dengan teknologi yang modern. 

Bahkan agar mereka mengenal kebudayaan, alam sekitar dan mengolah fisik dengan gerakan sederhana adalah dimensi sistem pembelajaran yang di kenal di semua negara. 

Jangan keliru, Jepang sendiri tetap memanfaatkan alam sekitar demi mendidik generasi muda mereka. Bahkan baru-baru ini ada video yang menampilkan hasil karya anak-anak sekolah berupa mesin genset bertenaga air. 

Anak-anak diajarkan mengenali arus air dan bagaimana air itu menggerakkan lempeng yang dibuat seperti ulir hingga bergerak dan menghasilkan energi gerak  pada dinamo yang akan menghasilkan energi listrk.

Dengan teknologi tersebut nyatanya bisa menjadi sumber penghasil energi listrik yang dimanfaatkan sebagai lampu jalan yang kebetulan berada di sepanjang aliran air.

Alam selalu saja menyajikan seperangkat sumber daya yang bisa dimanfaatkan bagi kehidupan manusia.

Mainan tradisional wayang-wayangan dan kecintaan seni tradisional warisan dunia

Siapa generasi muda yang masih mengenal wayang, atau paling tidak mengenal salah satu tokoh dalam pewayangan? Seperti Semar yang selalu menjadi tokoh yang dituakan karena memberikan pesan-pesan kebaikan. 

Saya kira tidak lebih dari 1 persen generasi muda mengenalnya. Meskipun boleh jadi di wilayah Jawa pengenalan wayang terus menerus dilakukan karena di sanalah seni tradisional ini dilahirkan.  

Jika anak-anak di luar Jawa, saya kira amat sedikit yang mengenal wayang. Lalu, siapa yang pantas disalahkan ketika anak-anak sama sekali tidak mengenal salah satu unsur budaya leluhur ini? Tentu kita semua. 

Kitalah yang abai untuk memperkenalkan seni pertunjukan wayang ini kepada generasi muda. Apalagi saat ini, sepertinya anak-anak kita begitu asik dengan mainan modern seperti PUBG, ML dan FREE FIRE yang isinya malah mengajarkan kekerasan pada anak-anak. Sedangkan seni wayang yang mengenalkan budaya justru malah di tinggalkan.

Semoga, di peringatan hari wayang sedunia, tepatnya 7 November nanti, mata kita kembali terbuka, bahwa saat ini salah satu warisan budaya ini mulai ditinggalkan generasi muda, karena bisa jadi sepuluh atau dua puluh tahun lagi generasi muda sudah tak peduli lagi dengan budaya kita.

Maka saat inilah waktu yang tepat untuk memperkenalkan kembali salah satu warisan dunia ini ke dalam kehidupan anak-anak kita.

Salam

Metro, 27-10-2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun