Bagiku  karangtaruna adalah segala-galanya. Meskipun aku tidak memaksa untuk tetap menjadi ketua, tapi aku berharap mekanisme  organisasi tetap dipegang teguh. Jangan seperti pasar ayam yang gak jelas aturannya.
Beberapa saat hening, nampak peserta sudah bisa memulai proses rapat pagi itu. Meskipun waktu yang seharusnya selesai tepat waktu, harus melambat karena oleh anggota yang membuat ulah.
Kali ini semua permasalahan bisa diselesaikan dengan baik-baik. Kudekati Bejo yang sedari tadi hanya terdiam tak bersuara.
"Jo, maaf kalau saya tadi agak keras padamu. Saya tadi emosi lantaran kerja kita belum selesai, sedangkan target kita dua hari lagi harus rampung. Untung semua teman bisa menerima keputusan bersama."Â
Aku ulurkan tanganku. Dan Bejo pun menyambutnya.Â
"Aku juga minta maaf, karena tidak mengikuti hasil rapat. Aku menyesal sudah membuat kalian kecewa!" Bejo mengungkapkan penyesalannya.
"Tahu nggak kamu, Jo, aku menjadi ketua karang taruna ini bukan karena keinginanku? Aku nggak ambisi. Bahkan aku menolak untuk dipilih. Tapi kamu tau sendiri, ternyata aku dipercaya sebagai ketuanya. Sedangkan kamu, kamu jangan merasa kalah, toh semua ini hanyalah tugas. Jika kita melakukan dengan ikhlas dan bertanggung jawab, sepertinya permasalah kita gak akan muncul.
 "Sudahlah, gak usah diambil hati. Sebelum kita bubar, kita lanjutkan makan-makan kue dulu. O,ya, kalau kamu mau nambah kopi, silakan nambah di belakang. Semua masih tersedia."Â
Kataku mengajaknya untuk menikmati hidangan kembali. Sayangnya Bejo tidak tertarik dan ia pamit untuk pulang. Sedangkan aku kembali duduk dan menyeruput  kopi yang masih tersisa ampasnya.
Tamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H