Selain pekerjaan rumah, dalam kegiatan bercocok tanam, merawat tanaman dan membangun fasilitas umum pun selalu menjadi perhatian masyarakat desa. Seperti ketika kami ingin menanam jagung, semua orang terlibat dalam kegiatan tersebut secara bergantian.Â
Bahkan sampai panen, setiap orang bahu membahu turut membantu terselesainya pekerjaan itu. Nampaklah kebahagian terpancar dari wajah-wajah masyarakat desa.Wajah yang selalu merindukan semangat gotong royong di dalam kehidupan mereka.
Ketika Asa Membangunkan Semangat Gotong Royong Masih Terasa
Era saat ini, ketika semua serba modern dan dilakukan menggunakan mesin, ketika semua pekerjaan selalu memiliki target keuangan dan keuntungan yang besar, dan ketika setiap tetes peluh dianggap bernilai materi, rasa-rasanya sangat sulit membangun kembali semangat gotong royong.
Kondisi ini sebenarnya tidak keliru, karena zaman ini semua orang merasa memiliki kesibukan, pekerjaan dan aktivitas yang menuntut dikerjakan lebi cepat. Dan karena pekerjaan itu mereka mendapatkan upah yang terbilang cukup.Â
Apalagi di zaman ini, setiap orang ingin memanfaatkan waktu yang ada dengan kegiatan yang menghasilkan uang, materi menjadi salah satu tujuan terpenting dalam aktivitas kehidupan manusia.Â
Maka jangan heran, untuk mencari orang yang mau terlibat dalam pekerjaan kita saat ini amat sulit, lantaran mereka juga memiliki kesibukan yang sama. Jika didapati seseorang yang menganggur, hakekatnya para penganggur pun membutuhkan uang untuk bertahan hidup.
Satu sisi, semangat gotong royong ingin kita bangun kembali. Tapi di sisi lain, setiap orang memiliki kebutuhan dan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan masing-masing.
Namun, ketika sedikit bergeser dari fakta kehidupan bahwa saat ini slogan "time is money" masih berlaku, nyatanya sekaya dan sehebat apapun kita, suatu saat membutuhkan sentuhan tangan orang lain.
Ketika orang yang memerlukan materi yang cukup pun, sejatinya tidak akan pernah lepas dari uluran tangan-tangan baik di sekitarnya. Uluran tangan-tangan dari hati yang ikhlas untuk saling membantu saudaranya.
Seperti ketika kita membanggakan materi yang seolah-olah bisa menolong kita kapanpun, nyatanya, uluran tangan orang lain masih sangat diperlukan.Â
Fakta di lapangan, ketika seorang pengendara mobil mewah mengalami kecelakaan di jalan raya, apakah para korban bisa bangkit sendiri dan menuju rumah sakit untuk berobat? Kan tidak. Tentu orang-orang di sekitarnyalah yang bersedia membantunya untuk sekedar mengatarkan atau meneleponkan aparat kepolisian atau pihak medis bahwa terjadi kecelakaan dan ada korban jiwa.