Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Inilah Positif dan Negatifnya Belajar Daring (BDR)

6 Juli 2020   09:35 Diperbarui: 8 Juli 2020   21:05 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa berkebutuhan khusus yang tengah mengerjakan tugas daring (dokumen pribadi)

Saat ini, di tengah-tengah himpitan covid-19, pembelajaran daring sudah menjadi kebutuhan subtitusi, komplementer bahkan menjadi kebutuhan fardhu. 

Hal ini karena usaha pemerintah dalam mencegah penularan virus human to human bisa lebih efektif. 

Pemerintah melakukan pembatasan sosial (social distancing) atau pembatasan sentuhan fisik (physical distancing) bagi masyarakat. Baik dalam kegiatan sosial pada umumnya maupun dalam lingkup pembelajaran.

Apalagi baru-baru ini pemerintah melalui Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan bahwa pembelajaran secara daring ini akan terus diberlakukan, apabila didapati setelah new normal ditetapkan kondisi sebaran virus dan jatuhnya korban masih tinggi. 

Tujuannya tentu ingin mencegah jatuhnya korban lebih yang banyak lagi. Apalagi baru-baru ini pemerintah Korea Selatan kembali memberlakukan pembelajaran dari rumah setelah didapati siswa kembali terpapar virus setelah statusnya dianggap aman.

Semua ingin kondisi membaik dan sebaran Covid-19 menjadi nol persen. Namun, jika kondisinya justru memburuk maka pemberlakuan pembelajaran online tetap menjadi pilihan terbaik untuk saat ini.

Terlepas dari pembelajaran daring yang saat ini masih berlangsung hingga semua wilayah dianggap zona hijau atau benar-benar aman sudah menyeluruh di seluruh Indonesia. 

Meskipun faktanya, sampai detik ini covid-19 seakan-akan enggan beranjak dari tanah negeri. Dengan pertambahan jumlah korban terpapar yang setiap hari ada peningkatan di sejumlah daerah seperti DKI. Jakarta dan Provinsi Jawa Timur.

Kondisi terkini memang belum memberikan sinyal positif bahwa virus tersebut akan hengkang dari bumi ini. 

Bagaimanapun juga, kondisi yang memprihatinkan ini mengharuskan semua orang untuk selalu siap melaluinya. Suka tidak suka kondisinya memang demikian. Begitu seperti dua sisi mata uang, ada positif dan ada negatif yang selalu mengiringinya.

Apakah sisi positifnya?

Menjauhkan kedekatan fisik dari orang lain

Karena covid-19 memang masih menyebar di beberapa wilayah, ternyata pemberlakuan pembelajaran daring cukup mencegah penularan virus antar manusia. Seperti antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan para siswa dengan keluarganya atau dengan lingkunganya.. 

Satu contoh ketika siswa di sekolah maka terjadi pertemuan antara guru dan siswa, antar siswa dan kembali ke rumah masing-masing dengan kondisi yang belum tentu benar-benar aman dari paparan virus.

Boleh jadi pada saat di sekolah mereka menggunakan masker, saling berjauhan jarak dan tidak saling bersentuhan fisik, namun faktanya semburan air dari bersin bisa saja menempel pada pakaian. Apalagi anak-anak memang kurang begitu memahami dampak pemakaian masker.

Sedangkan pakaian juga menjadi tempat berdiamnya virus selama beberapa waktu. Masih beruntung jika setiap pulang sekolah semua pakaian langsung di cuci yang akan melepaskan virus-virus tersebut, jika tidak tentu bahaya tetap mengancam.

Mendekatkan hubungan yang lebih intensif anggota keluarga 

Di tengah-tengah pandemi ini  hampir semua orang berada di dalam rumah dan harus melakukan pekerjaan kantor di rumah masing-masing. Meskipun ada pula yang masih melakukan produktifitas di luar, faktanya sebagian besar berada di dalam rumah. Mengingat ini adalah cara paling tepat dalam mencegah penularan virus.

Ketika berada di dalam rumah, masing-masing anggota keluarga akan melakukan komunikasi dan interaksi yang lebih intens. Bagaimana pekerjaan sekolah diselesaikan dengan melibatkan orang tua dan anggota keluarga lainnya. Maka hubungan kekeluargaan semakin akrab.

Orang tua bisa membimbing materi-materi pembelajaran yang diberikan oleh guru dan mencari referensi yang lebih lengkap dari internet.

Pemahaman orang tua akan kelebihan dan kekurangan anak akan semakin mantap

Acapkali orang tua menyalahkan sang guru ketika melihat hasil capaian belajar anak yang negatif atau rendah. Tidak sedikit yang memberikan stempel negatif pula kepada gurunya. 

Akibatnya, semua kelebihan dan kekurangan anak seperti bias di hadapan orang tua. Bahkan ketika anak-anak lambat dalam belajarnya pun mereka tetap menganggap gurunya tidak mampu mengajar. Padahal memang potensi anak yang terbilang lambat.

Dengan kondisi ini tentu memberikan pemahaman lebih komprehenship bagaimanakah kondisi anak-anak mereka.

Guru tidak selalu disalahkan

Fakta pembelajaran anak di sekolah seringkali diidentikkan raihan prestasi seperti  orang tua inginkan. Bahkan ketika prestasi matematika rendah misalnya, orang tua lagi-lagi tidak memberikan pujian atas nilai bahasa Indonesia yang tinggi. Padahal  keberbakatan masing-masing anak amatlah berbeda, tergantung masing-masing individu.

Nah, ketika berada di rumah, orang tua akan bisa memantau lebih seksama bagaimana bakat anak-anaknya , serta ikut membantu dengan lebih fokus bagaimana membimbing mereka.

Dampak negatifnya

Kejujuran anak sering diabaikan

Ketika mengerjakan tugas, anak-anak diajarkan untuk berfikir secara mandiri maupun berkelompok bersama dengan teman-teman di kelas, yang akan memberikan efek kejujuran anak dalam belajar. Karena guru mengamati bagaimana siswa menyelesaikan tugas-tugasnya.

Sedangkan ketika di rumah, anak-anak begitu mudah mencari jawaban lain di buku atau di internet tanpa terlalu sulit untuk mengingat materi dan melakukan analisis terhadap jawaban yang akan diberikan.

Mereka mudah sekali melihat kunci jawaban di internet tanpa mau berpikir bagaimana menyelesiakannya dengan pengetahuan yang dipahami.

Siswa berkebutuhan khusus yang tengah mengerjakan tugas daring (dokumen pribadi)
Siswa berkebutuhan khusus yang tengah mengerjakan tugas daring (dokumen pribadi)
Maka tak heran jika selama masa covid-19, prestasi anak mendekati sempurna, lantaran terlalu mudah mencari jawabannya di internet secara gratis.

Sebenarnya tidak keliru jika tugas itu memang mengharusnya anak untuk melihat referensi sebagai pelengkap jawaban, nah jika justru hanya menjiplak jawaban orang lain, tentu ini adalah preseden buruk bagi pendidikan kita.

Jangankan tidak diawasi, ketika diawasi guru saja kadang ketika ujian masih sempat menyontek, apalagi tanpa diawasi guru. Mereka selalu memiliki kesempatan untuk mendapatkan nilai besar meski murni copy paste dari internet.

Salah mengambil informasi 

Dampak negatif dari pembelajaran secara daring, salah satunya adalah besar kemungkinan anak-anak memperoleh jawaban yang salah dari pertanyaan gurunya. Boleh jadi guru menginginkan jawaban A atas pertanyaan yang diajukan, namun karena referensi yang diperoleh ternyata menyesatkan, maka pengetahuan anak juga bisa kurang tepat.

Untuk mengurangi kesalahan ini lagi-lagi orang tua harus selalu mendampingi  anak dalam belajar. Jika tidak maka anak-anak akan mendapatkan pemahaman yang  jauh dari kebenaran.

Yang lebih memprihatinkan lagi jika dalam satu materi justru orang tua sama sekali tidak menguasainya, maka siswa akan sulit menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Solusinya guru harus semakin banyak membuat tutorial atau ruang bimbingan secara daring dengan aplikasi video call.

Penggunaan kuota yang membengkak

Perlu dipahami bahwa pembelajaran daring ini bersentuhan dengan internet yang membutuhkan lebih banyak kuota. Ketika materi anak-anak harus melihat di youtube misalnya, maka paket data juga lebih besar. Apalagi mereka harus mengupload video yang kapasitasnya juga tidak kecil, maka akan semakin membebani orang tua dalam membeli kuota internet.

Memang benar bahwa pemerintah telah memberikan subsidi internet gratis, namun faktanya ketika kuota itu saya gunakan dengan anak-anak, aksesnya amat lambat. Untuk mengakses video dari  rumah belajar misalnya, ternyata sulit diakses pula. Apalagi jika untuk membuka youtube, sama sekali tidak bisa digunakan.

Yang pasti, dari segala macam sistem pembelajaran saat ini, selalu saja ditemui kelebihan dan kekurangannya.  Hal ini mengingat bencana wabah covid-19 yang memang belum mereda seratus persen di seluruh Indonesia. Maka pemerintah pun memberikan kebijakan yang lebih adil agar proses pembelajaran berjalan lancar dan prestasi siswa juga tetap optimal

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun