Sebenarnya tidak keliru jika tugas itu memang mengharusnya anak untuk melihat referensi sebagai pelengkap jawaban, nah jika justru hanya menjiplak jawaban orang lain, tentu ini adalah preseden buruk bagi pendidikan kita.
Jangankan tidak diawasi, ketika diawasi guru saja kadang ketika ujian masih sempat menyontek, apalagi tanpa diawasi guru. Mereka selalu memiliki kesempatan untuk mendapatkan nilai besar meski murni copy paste dari internet.
Salah mengambil informasiÂ
Dampak negatif dari pembelajaran secara daring, salah satunya adalah besar kemungkinan anak-anak memperoleh jawaban yang salah dari pertanyaan gurunya. Boleh jadi guru menginginkan jawaban A atas pertanyaan yang diajukan, namun karena referensi yang diperoleh ternyata menyesatkan, maka pengetahuan anak juga bisa kurang tepat.
Untuk mengurangi kesalahan ini lagi-lagi orang tua harus selalu mendampingi  anak dalam belajar. Jika tidak maka anak-anak akan mendapatkan pemahaman yang  jauh dari kebenaran.
Yang lebih memprihatinkan lagi jika dalam satu materi justru orang tua sama sekali tidak menguasainya, maka siswa akan sulit menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Solusinya guru harus semakin banyak membuat tutorial atau ruang bimbingan secara daring dengan aplikasi video call.
Penggunaan kuota yang membengkak
Perlu dipahami bahwa pembelajaran daring ini bersentuhan dengan internet yang membutuhkan lebih banyak kuota. Ketika materi anak-anak harus melihat di youtube misalnya, maka paket data juga lebih besar. Apalagi mereka harus mengupload video yang kapasitasnya juga tidak kecil, maka akan semakin membebani orang tua dalam membeli kuota internet.
Memang benar bahwa pemerintah telah memberikan subsidi internet gratis, namun faktanya ketika kuota itu saya gunakan dengan anak-anak, aksesnya amat lambat. Untuk mengakses video dari  rumah belajar misalnya, ternyata sulit diakses pula. Apalagi jika untuk membuka youtube, sama sekali tidak bisa digunakan.
Yang pasti, dari segala macam sistem pembelajaran saat ini, selalu saja ditemui kelebihan dan kekurangannya. Â Hal ini mengingat bencana wabah covid-19 yang memang belum mereda seratus persen di seluruh Indonesia. Maka pemerintah pun memberikan kebijakan yang lebih adil agar proses pembelajaran berjalan lancar dan prestasi siswa juga tetap optimal