Dua puluh tahun sudah Rama menikahi Dini. Sepasang suami istri ini adalah pasangan yang ideal di masanya. Tak ada satu cela pun pada diri mereka. Semua nampak sempurna, seperti pandangan pertama mereka sewaktu dulu. Di kampus ternama di kotanya.
Dalam pertemuan yang sangat singkat itu lahirlah balutan asmara yang sungguh tak diperkirakan sebelumnya. Di halaman kampus itu ada jejak asmara yang masih tersisa.
Perjalanan asmara selayaknya sepasang merpati ini awalnya begitu mesra. Jika memungut kisah Romeo dan Juliet nampaklah kehidupan mereka sungguh sempurna. Meskipun pada akhirnya Rama dan Dini akhirnya menikah, sedangkan Romeo dan Juliet harus mengakhiri hidupnya lantaran kasih yang tak kesampaian.
Rama dan Dini sungguh pasangan serasi. Wajah Dini yang cantik masih membuat Rama terpesona. Ada sihir yang telah mengikat cinta Rama yang membuatnya bertahan dalam cinta itu. Meskipun rasa itu begitu dalam, ternyata berbeda dengan Dini yang kini berubah. Rama tak lagi tampan di matanya. Ia telah berbeda, tak ada lagi pesona yang memancar dari diri Rama.
"Kenapa Rama tak setampan dulu? Kini dia terlihat tua dan bau badannya sungguh membuatku ingin muntah." Dalam batin Dini mengeluhkan kondisi suaminya yang tak lagi tampan.
Berbeda ketika usia pernikahan mereka masih seumur jagung. Setiap hari pantun, puisi dan lagu-lagu cinta merayu setiap saat terlontar dari bibir Dini. Bahkan dalam tidurpun yang ia impikan adalah wajah Rama.
Sembari merebahkan tubuhnya di sofa usang itu, Dini asik menonton Drama Korea di layar ponselnya. Kadang senyum, kadang tertawa, kadang mengumpat sosok artis dalam drama itu. Bahkan anehnya Dini kerap menghabiskan tisu dalam semalam. Hanya ingin menikmati drama Korea itu.
Angin masih berhembus lembut, sedangkan matahari mulai menyingsing. Langit yang cerah itu kini berubah keemasan.
Tiba-tiba telinganya dikejutkan oleh suara pintu yang diketuk dari luar.
"Tok tok tok"
"Assalamu'alaikum. Mah, buka pintu!"