Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Menulis dan Terapi Lelah

4 Juli 2020   13:10 Diperbarui: 5 Juli 2020   06:54 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis bukan sekedar membuat coretan penuh dengan kata-kata, tapi bentuk relaksasi fisik dan psikis seseorang (Gambar: ibtimes.id)

Lain halnya jika guru tersebut setiap harinya ingin menceritakan semuanya tanpa rasa malu dan tanpa ada yang harus ditutupi ketika menghadapi tekanan dalam pekerjaan misalnya. 

Maka mereka cukup dengan membagikan cerita keluh kesah kepada orang lain. Meskipun belum tentu juga orang lain akan mampu menyelesaikan persoalan orang lain. 

Permasalahannya adalah setiap orang memiliki masalah yang sama, dan cenderung tidak mau mendapatkan beban masalah yang sama dari orang lain.

Setelah mereka menuliskannya dalam catatan pribadi, biasanya akan membuat catatan lain yang akan memberikan solusi kongkrit atas persoalan yang dihadapi. Tentu saja ada rentang waktu yang bisa dihabiskan untuk menyelesaikan tahap demi tahap paling sederhana.

Mengatasi persoalan pribadi dengan menuliskannya dalam catatan pribadi merupakan salah satu terapi lelah atas beban tugas yang dihadapi seorang profesional ini.

Selain persoalan yang bersifat individual, seorang guru selalu akan menghadapi gejala-gejala yang mengarah pada persoalan lain dari diri siswanya. Bagaimana siswa menemukan masalah yang ternyata ketika dilakukan pembelajaran konvensional tetap saja mengalami jalan buntu. Maka sang guru mau tidak mau akan mencari alternatif pemecahan masalah dengan membuat penelitian. Mereka melakukan pengamatan secara seksama bagian-bagian mana yang oleh siswa belum dipahami dan belum mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Ditelusuri permasalahan mendasarnya apa, yang kemudian mencari media atau metode pembelajaran yang bisa menjadi solusi atas persoalan siswa.

Setelah menemukan aneka permasalahan, maka guru bisa menentukan satu permasalahan pokok yang dialami siswa. Misalnya siswa tidak bisa membaca kalimat panjang. Maka dengan metode dan media tertentu  guru paling tidak berusaha mencari solusi yang pada akhirnya rasa lelah dalam membimbing siswa dapat terobati.

Pada prinsipnya semua berharap berjalan dengan begitu dinamis. Namun fakta di dunia kerja seringkali bertentangan dengan apa yang guru inginkan.

Seorang guru teladan, Arif Rachman pernah berkata "Kita juga berharap semua hal bisa dikendalikan dengan mudah. Termasuk lingkungan kerja kita. Kita berharap kondisi yang ideal, sehingga semuanya sesuai dengan yang kita harapkan. Tetapi kenyataannya, seringkali kondisi yang kita rasakan berbeda dari yang kita harapkan. (Dalam Arif Rachman, Guru, hal. 86)

Pada saat proses penyelesaian masalah pembelajaran ini, sangat dimungkinkan seorang guru membangun relasi dengan guru lain, atau melibatkan orang tua atau masyarakat, agar persoalan yang muncul bisa diatasi dengan semangat gotong royong memperbaiki masalah secara bersama-sama. Dan tentu saja sangat mendukung proses relaksasi fikiran kita dan tentu terapi persoalan yang ditemui setiap guru dalam mengembangkan tugas "sucinya" yaitu membangun peradaban manusia yang seutuhnya.

Menyelesaikan Tekanan Kerja, dalam Sebuah Karya Tulisan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun