Ia panik, kenapa orang tuanya itu justru tidak menjawab dan malah terebah kembali di sofa itu. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Tubuhnya melemah dan tiba-tiba terdiam.
"Emak, ada apa dengan Bapak, Mak?" Anaknya memanggil-manggil sang ibu sambil memegangi bapaknya.
"Pak, Bapak.................!" Ibunya berteriak-teriak memanggil sang bapak, tangannya menggoyang-goyang tubuhnya tapi tak juga bergerak.
"Bapak kenapa, Nduk?" Tanya sang ibu.
"Nggak tahu, Mak. Tadi bapak bilang kalau dadanya sakit."
Sang ibu mencoba memegang dada suaminya, ia memegang denyut nadi di tangannya, ternyata tidak ada lagi. Ia panik sekali. Keduanya berteriak-teriak memanggill-manggil bapaknya berharap bangun kembali. Tapi usahanya sia-sia lantaran kini orang tuanya itu sudah tidak bernapas lagi. Ia tewas terkena serangan jantung.
"Innalillahi wainna ilaihi rojiuun." istri dan anaknya mengucapkan kalimat itu, karena mengetahui bapaknya sudah tiada.
"Paaak, Bapaaak, Bangun Pak! Jangan tinggalin kami!"Â
Air mata tertumpah, suara meraung-raung lantaran kehilangan sang bapak membuat mereka tak percaya. Ia berharap orang tuanya itu bisa bangun lagi. Tapi sia-sia, semua sudah terlambat.
Baru saja percakapan mereka tentang pak Pardi, ternyata bapaknya justru mengikuti kepulangan tetangganya itu. Entahlah, mereka belum menerima kenyataan ini, mengapa orang tuanya begitu cepat meninggalkan mereka.
End