Boleh jadi, karena lembaga-lembaga yang bercirikan NU itu sulit sekali berkembang di beberapa wilayah. Lantaran banyaknya lembaga pendidikan lain yang boleh jadi memiliki sifat pengajaran yang sama tapi kurang begitu serius mengajarkan makna toleransi dan keberagaman.Â
Sungguh ironis, lembaga-lembaga yang tergolong radikal itu justru seperti jamur di musim hujan, mereka bertumbuh seiring dengan begitu longgarnya pemerintah dalam mengawasi perkembangan lembaga pendidikan bagi anak bangsa ini. Pemerintah sepertinya terlalu abai dan membiarkan lembaga-lembaga yang sudah pasti mendukung radikalisme bisa terus tumbuh dan menyebarkan misinya. Sedangkan lembaga NU (Ma'arif) dan Pesantren yang dikelola NU seakan-akan dibiarkan saja diberangus oleh kemajuan jaman.
Para ulama yang sejatinya mengembangkan misi Islam nusantara itu justru saat ini seperti kehilangan kendali - meskipun belum sepenuhnya - lantaran lembaga-lembaga yang dikelola oleh NU tersebut kurang mendapatkan dukungan. Dampaknya saat ini, pesantren dan lembaga pendidikan formal lainnya milik NU ini semakin terjerambab oleh canggihnya gerakan radikal yang semakin banyak bertebaran. Islam yang bersifat substansi, kini berubah menjadi amat formal.
Negara yang berpedoman pada UUD 45 dan Pancasila yang hakekatnya sesuai dengan ajaran Islam, kini seperti tinggal kenangan. Dan tinggal menghitung waktu, suatu saat nanti mungkin saja negara ini akan hilang ditelan jaman, lantaran pemahaman kenegaraan yang sudah bergeser terlalu jauh.
Mereka sudah tidak lagi mengakui Indonesia dengan prinsip keberagaman dan demokrasi, lantaran konsep khilafah menjadi cita-cita terbesar. Meskipun ternyata orang-orang yang memperjuangkan konsep ini ternyata jauh melenceng dari skenario Islam sendiri yang uswatun hasanah dan rahmatan lil alamin.
Mereka tak lagi takut membunuh, meneror dan menghabisi yang tak sepaham, demi keyakinan sempit atas nama jihad.
Mudah-mudahan, anak-anakku tidak bergaul dan bersekolah bersama orang-orang yang memiliki mental keji dan merusak ini. Karena jika ini terjadi, alamat buruk akan terjadi, lantaran orang tua sendiri pun dimusuhi dan boleh jadi dihabisi lantaran tidak sejalan dengan pemikiran mereka. Na'udzubillah.
Kedua, lingkungan yang abai, tidak peduli ketika gerakan-gerakan radikal menyusup di tengah-tengah masyarakat
Kondisi kedua ini juga tak boleh diabaikan, dan ini memunculkan rasa khawatir jika ini benar-benar terjadi. Munculnya gerakan radikal yang ternyata menyasar anak-anak muda polos ini diawali oleh sikap individualistis masyarakat saat ini. Mereka kebanyakan lebih banyak mementingkan kepentingan pribadi dan keluarganya sendiri, meskipun boleh jadi di lingkungannya bermunculan banyak gerakan radikal dan kelompok-kelompok kecil sparatis.Â
Masyarakat saat ini, khususnya lingkungan saya, lebih banyak menghabiskan waktu untuk kepentingan pribadi, tanpa mengawasi aneka gerakan dan orang-orang yang justru menyebarkan ajaran menyesatkan ini. Bahkan sempat pula kecolongan, beberapa waktu lalu, seorang yang mengakunya dari Jawa Tengah, datang ke kampung kami ternyata diduga kelompok teroris.
Mereka mencari modal investasi dengan menipu hingga ratusan juta rupiah, demi untuk memberikan modal pada gerakan jihad mereka. Awalnya kami anggap pendatang ini adalah orang yang butuh bantuan dan memang mereka tinggal dgn kerabat mereka, tapi lama-lama mereka memisahkan diri dan selalu menutup diri dari lingkungan. Saat ini entah dimana keberadaannya masih terus dicari lantaran banyak masyarakat yang tertipu.