Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teror Bom (Sarinah), Saya Masih Takut dengan Hal Ini

17 Januari 2016   14:29 Diperbarui: 17 Januari 2016   20:15 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya jadi prihatin, kecewa dan miris, sebuah gerakan yang cukup ironis yang "memanipulasi" konsep Islam itu sendiri, dan mereka sengaja meniupkan roh kejahatan atas nama Allah demi meraih dukungan dari masyarakat Islam. Meskipun sampai saat ini, umat Islam pun sadar, bahwa kejahatan yang "memanipulasi" nama Allah itu adalah SESAT dan MENYESATKAN. 

Makanya hingga detik ini, meskipun mereka berusaha meraih massa sebanyak-banyaknya, toh Umat Islam tetap tak bergeming dan meyakini apa yang mereka kobarkan adalah semangat permusuhan dan kehancuran yang justru akan mempercepat kehadiran kehancuran umat itu sendiri. 

Saya masih ingat pesan seorang ulama, bahwa Islam itu akan hancur oleh umat Islam itu sendiri. Mereka seolah-olah berjuang demi agama ini, tapi faktanya sedikit demi sedikit malah menghancurkan wibawanya. Bagaimana tidak? Agama yang saya pahami berdasarkan Kitab Suci Alqur'an dan Hadits adalah mengajarkan tentang "AKHLAK" atau budi pekerti, justru tercoreng oleh segerombolan orang yang mengaku-ngaku berjuang, berjihad untuk menegakkan agama Allah.

Pertanyaannya agama Islam yang mana yang mereka perjuangkan? Aneh bukan?

Terlepas dari itu semua, meskipun aksi teror telah terjadi dan boleh jadi di lain waktu dan tempat mereka merencanakan aksi brutal ini, ada kekhawatiran saya selalu seorang ayah dari anak-anak yang masih bau kencur. 

Pertama, saya khawatir, jika ternyata misionaris ISIS ini masuk ke lembaga-lembaga pendidikan dan pesantren dan menghancurkan akidah anak-anak saya

Saya sangat khawatir, apabila di usia yang masih terlalu dini mereka mengenal ajaran kekerasan ini, justru ketika mereka menginjakkan kakinya di bangku sekolah, ternyata orang-orang di sekitarnya dan para guru misalnya memiliki kesamaan visi dan misi dengan ISIS ini. Maka sudah dapat dipastikan, anak-anak saya tentulah akan mendapatkan pelajaran yang keliru dari lingkungan mereka, termasuk para gurunya yang boleh jadi berpihak pada gerakan radikal ini.

Meskipun kita sepakat bahwa bangsa ini tidak boleh takut dengan ancaman teror, toh faktanya teror tetap berlangsung. Hal ini tidak boleh dianggap sepele. Apalagi para pembawa misi "jihad sesat" ini telah menyasar anak-anak polos dan bau kencur seperti anak-anak saya itu. Betapa sedihnya saya dan orang tua yang lain jika anak-anak yang disekolahkan dan menjalin pertemanan adalah orang-orang yang bermental radikal.

Sungguh tidak pernah kita pahami dan mengerti, gerakan mereka sungguh rapi dan teliti. Dengan mengelabui tokoh agama dan masyarakat serta aparat keamanan, mereka terus saja menyebarkan misi kekerasan ini pada generasi muda. 

Saya masih ingat dengan sebuah pesantren yang dikelola oleh Abu Bakar Ba'syir yang notabene merupakan pesantren yang mencetak generasi muslim, tapi sayang beribu sayang, idealisme dan ajaran ke Islaman ternyata jauh melenceng yang saya pahami. Berbeda jauh dari apa yang saya dapatkan ketika saya bersekolah di sebuah pesantren NU dan mengenyam pendidikan Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah yang dikelola masyarakat Nahdhatul Ulama.

Mereka benar-benar mengajarkan arti Islam yang rahmatan lil 'alamin. Bagaimana agama dibangun dengan landasan ahlussunah wal jamaah yang selalu bersikap toleransi, persatuan, pertengahan yang sengaja digelorakan demi membangun generasi muda yang mencintai bangsanya. Sedangkan lembaga-lembaga pendidikan yang saat ini bermunculan, ajaran ahlussunah wal jamaah yang saya terima sudah sulit sekali saya dapatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun