Hinaan dan celaan, ketika jabatan pangkat membutakan mata
Tidak ada satupun yang bersedia menerima hinaan dan celaan bukan? Akibat kondisi ekonomi yang kurang mapan, kenyataan itu justru seringkali kita dapatkan.
Bagaimana sikap seorang bos terhadap bawahannya yang begitu amat merendahkan. Dengan keangkuhannya ia merendahkan orang-orang di bawahnya. Tak hanya hinaan, lantaran ancaman akan dipecat dari pekerjaan jika melawan menjadi senjata ampuh melemahkan karyawannya itu.
Begitu pula betapa banyak kisah seorang majikan yang menghina sang pembantu lantaran ia hanya seorang pekerja kasar. Tak berpikir bahwa segala macam kesibukan di rumah sudah diringankan lantaran dibantu oleh seorang asisten rumah tangganya. Ia lupa, jika mereka yang dihina ini resign dan tak lagi mau menjadi pembantu, tentu ia akan merasa kerepotan ketika harus berhadapan dengan beban kesibukan.
Ada pula seorang kepala sekolah yang acapkali merendahkan seorang guru honorer lantaran ia merasa selayaknya seorang penguasa. Guru honorer diberikan bayaran yang sangat murah sedangkan pekerjaannya melampaui guru-guru lainnya.Â
Bahkan acapkali kepala sekolah memperlakukan para guru honorer ini seperti pembantu yang tak mengenal waktu. Ia tak menyadari bahwa guru yang honor itu sejatinya juga memiliki keluarga dan menghidupi mereka. Jika upah tak seberapa dan waktu yang diberikan teramat panjang, bukankah ia mematikan kehidupan keluarganya?
Sayang sekali banyak pimpinan di negeri ini yang berpola kepemimpinan demikian. Mereka merekrut karyawan untuk membantu perusahaannya, tapi ketika perusahaan menjadi makmur dan bersar, pekerja-pekerja yang bekerja puluhan tahun itu diberhentikan begitu saja. Masih beruntung jika ia memberikan kompensasi. Nah, jika sudah mem-PHK tidak juga memberikan kompensasi apakah bukan sebuah kejahatan?
Jangan pernah menganggap orang lain rendah dan menghina serta melecehkan mereka, lantaran setiap manusia terlahir ke dunia tanpa membawa sehelai benang pun. Hanya Tuhanlah yang memberikan mereka kelebihan hingga kehidupan mereka menjadi sejahtera.
Ikhlas menerima hinaan dan celaan, kunci meraih Ridho Tuhan
Menerima hinaan dan celaan dengan ikhlas hakekatnya amat sulit dilakukan, lantaran setiap manusia tak berhak untuk direndahkan.Â
Jangankan manusia, semut pun akan menggigit jika diinjak-injak. Maka tak sulit kita menemukan seseorang yang tiba-tiba naik pitam dan melakukan pembunuhan pada majikan lantaran kejahatan yang dilakukan pada pekerjanya.Â