1. Penghasilan suami dan kebutuhan rumah tangga
Suami memang hakekatnya memiliki peran yang lebih dalam mencari penghasilan. Namun seiring perubahan zaman, pihak istri pun sudah banyak yang bisa mencari penghasilan sendiri, sehingga rata-rata mereka lebih mandiri tanpa meminta bagian dari suaminya. Sepertinya jika sepasang suami istri ini sudah sama-sama mandiri dan menyadari mana bagian masing-masing tentu tak jadi persoalan.
Akan tetapi akan berbeda persoalan jika suami benar-benar menjadi tulang punggung rumah tangga dan istri memilih mengurus rumah tangga.
Dengan penghasilan suami tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka tanpa harus sang istri turut membantu mencari penghasilan. Sebabnya karena istri sudah merasa tercukupi. Akan tetapi seberapa besar penghasilan suami pun istri mesti mengetahui tanpa ada yang dikorupsi.
Alasannya, rezeki suami ya rezekinya istri, sedangkan rezeki istri ya milik istrinya. Seandanyai istri ingin menggunakan uang pribadinya, maka sang istri akan mendapatkan kemuliaan dan kebaikan. Sedangkan suami karena tuntutan kewajibannya.
Bagaimanapun situasinya (meskipun banyak yang mengatakan sulit jujur dengan alasan tertentu) seberapapun penghasilan suami, sang istri harus mengetahui. Tentu saja alasannya agar istri bisa menimbang-nimbang berapa kebutuhan yang sesuai dengan anggaran yang harus dipenuhi dari penghasilan suami. Jangan karena penghasilan suami terlampau besar, istri justru berusaha menggunakannya dengan cara berfoya-foya dan aji mumpung.
Selain itu, terkait fungsi istri sebagai pengatur keuangan. Namun repotnya ada pula yang sudah terbuka terkait penghasilan dan semua hasil suami diserahkan sang istri, justru istri malah menghabis-habiskannya pada hal-hal yang tidak perlu.
Akan tetapi, segalanya dapat didiskusikan dan dicarikan solusi terbaik jika berkaitan dengan persoalan rumah tangga.
2. Hubungan Seksual
Penyebab perceraian kedua disebabkan karena urusan ranjang, atau hubungan suami istri. Ada banyak pasangan suami istri yang sama-sama merasakan kepuasan batin dan terpenuhinya kebutuhan biologis mereka lantaran keduanya merasakan dan memperoleh apa yang diinginkan.
Namun berbeda halnya jika salah satu atau keduanya sama-sama tidak mampu memenuhi kewajibannya. Misalnya suami yang tak mampu memenuhi kebutuhan batin istrinya, maka tidak mungkin persoalan rumah tangga akan menjadi runyam dan merembet pada persoalan lain yang memicu perceraian. Begitu pula jika istri tak mampu memenuhi kebutuhan syahwat sang suami, maka timbulnya perselisihan dan perselingkuhan lantaran tidak saling terpuaskan.