Tak seberapa lama Bejo dan Tumin sudah melakukan perjanjian di atas materai dan disaksikan para tokoh penjudi dan pengacara yang sudah disewa sebelumnya. Dan mereka pun bersalaman tanda perjanjian sudah deal.
Dari pagi hingga malam hari, kedua mantan penjahat inipun menunggu hasil sidang paripurna DPR. Sambil ngemil kacang, dan satu termos air panas khusus ngejog kopi. Kalau kopi yang sudah diseduh habis.
Detik demi detik berlalu, ternyata apa yang menjadi harapan Bejo sangat jauh melenceng. Meskipun Bejo sudah menyogok orang-orang yang mendukung pilkada langsung dengan duit segepok ternyata pun tak membuahkan hasil. Ternyata sidang ditutup dan dimenangkan oleh kubu KMP.
Bejo pun berteriak histeris, sambil memukul-mukul kepala dan membuang semua barang depannya. Ia pun kalap. Dia berteriak sekencang-kencangnya dengan sumpah serapan. Ternyata dugaannya salah, dikiranya uang yang dipake untuk membayar anggota dewan masih kalah banyak dari yang sudah disebarkan oleh KMP.
Bejo : Dasar .....dasar sudah saya kasih duit semua kog ya nggak mempan. Malah uangku yang 1 milyar lenyap. Sambil berteriak dan menangis di hadapan Tumin yang sedari tadi melihat tingkah temennya yang seperti kurang waras.
Tumin : Jo...Bejo....tangio....tangi.... ngopo kog koe mbengok-mbengok koyo wong edan. Kae loh wedosmu do kabur mangani tanduranku.
Bejo : Haaaaah opo Men? Lah endi wedosku? Lah, la aku ki nangndi? Kog aku iso keturon?
Tumin : Mangkane lek nonton politisi ki ojo serius-serius iso-iso kurang turu. Seh mendeng kurang turu, lah nek kenek strok kan berbahaya.....
Tak menunggu lama pun akhirnya Bejo tersadar, bahwa ia tengah bermimpi. Bermimpi menjadi orang kaya dari taruhan. Bertaruh memenangkan sidang RUU pilkada yang ternyata hanya di alam mimpi.
Pakne pakneeeee. Wong angon kog weduse dijarne wae.....kae loh wedusmu mangane tandurane tanggamu!!!!! Istrinya yang lumayan cerewet pun menyiram badan Bejo agar segera sadar dari mimpi panjangnya.
Paraaaah!!!